Bagdad (ANTARA News) - Pejuang Irak menewaskan seorang tentara Amerika Serikat (AS) di Bagdad, ibukota Irak, dalam serangan melibatkan penembakan senjata genggam, kata tentara hari Kamis. Tentara itu tewas hari Rabu di Bagdad barat, kata pernyataan itu tanpa merinci. Kematian terahir itu membuat tentara AS tewas di Irak sejak serbuan pada Maret 2003 menjadi 3.878 orang, kata hitungan kantor berita Prancis AFP berdasarkan atas angka Pentagon. Enam prajurit AS awal November tewas akibat serangan bom di Irak, kata pengumuman tentara negara adidaya itu, yang menjadikan 2007 sebagai tahun paling mematikan bagi pasukan Amerika Serikat sejak serbuan pimpinannya ke Irak. Menurut hitungan AFP berdasarkan atas angka Pentagon, 851 prajurit Amerika Serikat tewas sepanjang tahun ini di Irak, sementara selama 2004, jumlah prajurit Amerika Serikat tewas mencapai 846, yang merupakan angka tertinggi sebelumnya sejak serbuan tersebut. "Kami kehilangan lima prajurit dalam dua kejadian, yang disesalkan. Kedua peristiwa itu melibatkan peledak buatan (IED). Masih banyak bahaya di luar sana," kata Laksamana Muda Gregory Smith kepada wartawan di Bagdad. Pernyataan tentara kemudian mengatakan peristiwa itu terjadi di sekitar Baiji, dekat kota minyak Kirkuk, Irak utara. Pernyataan lain tentara mengumumkan kematian seorang pelaut akibat lukanya dalam ledakan di propinsi Salaheddin. Meski demikian, sejumlah pejabat AS dan Irak mengatakan, tingkat kekerasan turun secara berarti di Irak sejak penambahan pasukan Amerika Serikat seperti diperintahkan Presiden George W Bush pada Februari. Dengan penambahan 28.500 prajurit di darat, kata mereka, jumlah pemboman dan penembakan turun ke tingkat belum pernah terlihat sejak sebelum Februari 2006, ketika gelombang kekerasan aliran terjadi setelah pemboman tempat suci Syiah di kota Samarra. Laksamana Smith mengatakan, jumlah senjata ditemukan di Irak juga meningkat secara berarti berkat penambahan pasukan itu dan semakin banyak orang Irak memberikan petunjuk kepada pasukan keamanan. Kepercayaan masyarakat pada kebijakan luar negeri pemerintah AS menurun dan sekitar separuh dari rakyat negara itu meragukan pemerintah mereka mengatakan kebenaran mengenai perang di Irak dan Afganistan, kata jajak pendapat ahir Oktober. Survai itu memperlihatkan masyarakat kehilangan kepercayaan pada upaya pemerintah AS di luar negeri dan merasa skeptis bahwa banyak yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kedudukan negara adidaya tersebut di dunia. Hasil itu tampil dalam Kepercayaan pada Indeks Kebijakan Luar Negeri AS, yang dilakukan kelompok kebijakan Agenda Publik dan terbitan "Urusan Luar Negeri" setiap enam bulan. Sejak penelitian itu dilancarkan dua tahun lalu, sikap warga bertambah suram dan lebih mengkuatirkan dalam hampir setiap bidang diuji", kata kata pengantar bagi jajak pendapat itu. Enampuluh lima persen menyatakan hubungan dengan sisa dunia menurun ke jalan salah dan sebagian besar juga yakin citra Amerika Serikat di luar negeri buruk. Survai itu menyatakan sikap terhadap perang di Irak tetap pesimistik, tapi kebanyakan tak berubah dalam enam bulan terakhir, meskipun ada perdebatan sengit antara Gedung Putih dengan kongres pimpinan Demokrat. Ketika ditanya apakah pemerintah jujur mengenai perang di Irak, 52 persen petanggap mengatakan "sama sekali tidak" atau "sangat tidak" jujur. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007