Manila (ANTARA News) - Tentara Filipina menyerbu suatu hotel di Manila dengan melemparkan gas air mata secara mendadak, Kamis, untuk memaksa keluar sekumpulan kecil tentara yang memberontak. Para pemberontak yang berada di dalam hotel tersebut menuntut Presiden Gloria Arroyo mundur dari jabatannya. Gerombolan pemberontak tersebut kepada para wartawan yang juga berada di hotel mewah itu, mengatakan akan menyerah secara damai setelah gas air mata menipis. Penyerahan diri tersebut dlakukan setelah terjadi konfrontasi yang dramatis dan disiarkan secara langsung ke seluruh dunia. "Kami akan keluar demi keselamatan semua orang," kata Senator Antonio Trillanes, salah seorang pemimpin pemberontak, yang beberapa jam sebelumnya menduduki Hotel Peninsula di kawasan pusat keuangan Manila. "Kami tidak akan bisa hidup dengan hati nurani kami jika di antara anda ada yang tertembak atau tewas dalam baku tembak," katanya, beberapa saat setelah kendaraan lapis baja mendobrak masuk ke gedung bersama pasukan elit. Seorang wartawan AFP yang berada di dalam hotel mengemukakan terjadi baku tembak sengit dan 20 menit kemudian, Trillanes mengatakan para pemberontak akan menyerahkan diri dan dirinya siap untuk menghadapi konsekuensi perbuatannya. Pemberontakan sesaat itu tampaknya dirancang oleh Trillanes dan Brigadir Jenderal Danilo Lim, yang memimpin sekelompok tentara mengambil alih hotel setelah mengalahkan para Satpam. Saat mereka membacakan tuntutan, suatu laman maya diluncurkan dengan isi pernyataan kedua orang itu serta serangkaian keluhan terhadap presiden Arroyo. Mereka minta Arroyo mengundurkan diri dan minta agar militer berbalik menentang presiden. "Kami mengajak militer untuk menarik dukungan atas Arroyo demi mengakhiri jabatan kepresidenannya yang ilegal dan tidak konstitusional," kata Lim kepada AFP.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007