Bengkulu (ANTARA News) - Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Bengkulu akan menurunkan tim untuk menyelidiki lepasnya harimau Sumatera (Panthera Tigris Sumaterae) yang masuk perangkap babi milik masyarakat di daerah SP III Kecamatan Ulu Talo, Kabupaten Seluma. Kepala BKSDA Provinsi Bengkulu, Edy Sutiyarto, pada Kamis mengatakan bahwa pihaknya akan mengirim tim untuk menyelidiki sebab-sebab dan kepastian lepasnya harimau tersebut. "Kita curiga, apakah hewan dilindungi itu benar-benar lepas dari perangkap atau sudah dibunuh oleh pemburu, sebab berdasarkan temuan, kawat seling perangkap masih untuh tidak rusak," ujarnya. Menurut dia, jerat bagi yang menyebabkan terperangkapnya harimau itu tidak mungkin putus oleh harimau karena terbuat dari kawat seling baja, semakin kuat harimau meronta maka semakin kencang jeratan kawat seling tersebut. Selain itu, kalaupun lepas pasti akan ditemukan bercak-bercak darah di sekitar kawat seling, dan berdasarkan hasil temuan petugas tidak ada bercak darah dan hanya ada beberapa lembar bulu harimau saja yang tertinggal. Berdasarkan informasi masyarakat, harimau tersebut sudah masuk perangkap sejak Jumat (23/11) atau sepekan yang lalu, yang perlu diselidiki sekarang ini apakah benar harimau tersebut lepas atau dibunuh. "Kalau memang harimau tersebut lepas diminta masyarakat yang berada di sekitar daerah tersebut untuk lebih meningkatkan kewaspadaannya," ujarnya. Sementara itu menurut pengakuan salah seorang petugas BKSDA, ketika timnya sedang melakukan penyisiran dan menuju lokasi terperangkapnya harimau, menemukan potongan usus dan sempat difoto oleh petugas lainnya. "Namun, karena fokusnya ingin melakukan penyelamatan terhadap satwa tersebut maka penemuan usus tersebut tidak begitu dihiraukan," kata petugas yang tak ingin disebut jatidirinya itu. Kasus terperangkapnya harimau di Provinsi Bengkulu sudah beberapa kali terjadi, pada April 2007, seekor harimau dahan (Neofeles Nebulosa) terperangkap dalam jerat babi di kawasan hutan Ulu Talo, Kabupaten Seluma. Setelah menjalani perawatan di BKSDA, harimau dahan tersebut dilepas kembali ke habitatnya di kawasan hutan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) dan sampai sekarang masih dipantau pergerakannya. Pada Mei 2007, seekor harimau Sumatera tanpa sengaja juga terperangkap dalam jerat babi yang dipasang masyarakat di bekas perkebunan Mercu Buana di Kecamatan Putri Hijau Kabupaten Bengkulu Utara. Namun, harimau tersebut tidak dapat diselamatkan walau sudah mendapatkan perawatan secara intensif dari petugas hewan. Dengan lepasnya harimau Sumatera yang ukurannya cukup besar itu, Kepala BKSDA Edy Sutiyarto mengingatkan masyarakat di sekitar Desa SP III Kecamatan Ulu Talo agar meningkatkan kewaspadaan karena hewan itu dikhawatirkan masih berkeliaran di sekitar kawasan tersebut. "Masyarakat harus waspada, jika perlu jangan pergi dulu ke kebun demi keselamatan. Biasanya harimau yang masuk perangkap dan terluka akan melakukan serangan sebagai bentuk balas dendam," ujarnya. Apalagi selama 2007 sudah tiga orang warga yang menjadi korban amukan hewan buas tersebut, dua orang di antaranya meninggal dan satu luka berat. Ketika ditanya, ia menyatakan belum tahu pasti penyebab lepasnya harimau tersebut karena ketika tim turun ke lapangan harimau sudah tidak ada lagi dalam perangkap. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007