Jakarta (ANTARA News) - Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan pemerintah akan menyiapkan berara pun besarnya subsidi untuk pembangunan perumahan rakyat, selama ada penerapan yang baik dan benar-benar digunakan. "Tak ada soal dengan subsidi. Berapa pun yang diperlukan pemerintah akan sediakan selama ada penyerapan yang baik. Artinya memang benar-benar digunakan," kata Wapres Jusuf Kalla, saat membuka Rakernas I Asosiasi Pengembang Perumahan dan Permukiman (Aperti) di Jakarta, Kamis. Menurut Wapres, pembangunan perumahan bagi rakyat mutlak dilakukan. Kebutuhan akan perumahan merupakan salah satu indikator pertumbuhan ekonomi. "Bagi pemerintah, tidak perlu menghitung untung ruginya. Subsidinya berapa, silakan, kita kasih," kata Wapres. Pada kesempatan itu Wapres juga menjelaskan bahwa besaran nominal subsidi yang diberikan saat ini terus meningkat. Padahal, di sisi lain bunga bank terus menurun. Itu berarti semakin banyak yang bisa dibangun. "Kalau dulu bunga bank sekitar 18 persen, sekarang sudah sekitar 13 sampai dengan 14 persen bunga komersialnya. Jadi dulu subsidi pemerintah delapan persen, sekarang tinggal tiga sampai empat persen. Jadi, angka rupiahnya sama tetapi akan lebih banyak yang bisa dibayar," kata Wapres. Menurut Wapres, yang terpenting bagi masyarakat akan bayar dengan bunga flat sebesar delapan persen. Wapres menegaskan agar perbankan nasional tidak ragu-ragu mengucurkan kredit untuk perumahan sederhana ini. Karena menurut Wapres tidak pernah ada bank yang bangkrut karena berikan kredit ke perumahan sederhana. "Tak ada bank yang bangkrut karena berikan kredit ke rumah sederhana, yang bangkrut itu kalau berikan kredit ke mal-mal atau rumah-rumah mewah besar," kata Wapres.Sesuai budaya Dalam kesempatan itu Wapres juga membantah anggapan bahwa rumah susun tidak sesuai dengan akar budaya masyarakat Indonesia, namun rusun justru sejalan dengan budaya masyarakat. "Banyak orang bilang rusun tak sesuai dengan budaya kita. Justru rusun itu sesuai," kata Wapres. Wapres mencontohkan rumah gadang di masyarakat Minang, Sumatera Barat, dan juga rumah panjang di masyarakat Kalimantan merupakan bentuk rusun sederhana. Menurut Wapres, baik rumah gadang maupun rumah panjang merupakan bentuk lain dari rusun. Rumah tersebut menjadi tempat bernaung keluarga besar. "Bedanya, kalau rumah gadang dan rumah panjang itu memanjang, sedangkan rusun bertingkat ke atas, tetapi konsepnya sama, berkumpul bersama," kata Wapres. Karena itulah, tambah Wapres, untuk mengatasi sulitnya lahan dan terus meningkatnya permintaan perumahan, maka tidak ada jalan lain selain mulai membangun rusun. Wapres dalam kesempatan itu juga menjanjikan kompleks bekas bandara Kemayoran tahun depan bisa dibangun sebagai pusat pengembangan rumah rakyat melalui program rumah susun. "Kalau Kemayoran dikapling-kapling orang yang nggak tahu, itu tak benar. Kemayoran tahun depan harus jadi pusat pengembangan rumah (rusun)," kata Wapres. Menurut Wapres, pembangunan rumah susun saat ini sudah mutlak menjadi keharusan. Di kota-kota besar seperti Jakarta, tambah Wapres, tidak bisa lagi dibangun perumahan mendatar. Namun harus dibangun rumah susun. Dalam kesempatan itu, Wapres juga mengajak Aperti untuk ikut membangun rusun. Wapres menjelaskan bahwa rumah sederhana yang selama ini dibangun Aperti juga mengalami perkembangan. Rumah Susun, yang dibangun di kota-kota besar, tambah Wapres, juga masuk dalam kategori rumah sederhana. Namun, kata Wapres, rumah sederhana terus akan berkembang sesuai dengan tingkat pertumbuhan ekonomi masyarakat. Wapres mencontohkan kalau dulu orang cukup dengan rumah kecil, sekarang dengan peningkatan ekonomi tentu ingin yang lebih besar. (*)
Copyright © ANTARA 2007