Jakarta (ANTARA News) - "....Ada peran wajar dan ada peran berpura-pura. Mengapa kita bersandiwara...Mengapa kita bersandiwara...". Penggalan tembang manis nan abadi berjudul "Panggung Sandiwara" karya Ian Antono dan Taufik Ismail itu dinyanyikan oleh ikon musik rock Indonesia Ahmad Albar (61) yang diambil dari album ketiga Duo Kribo tahun 1978 bertajuk "Panggung Sandiwara". Jalan kehidupan Iyek - panggilan akrab Ahmad Albar - kini bak tembang yang pernah dipopulerkannya itu. Si kribo yang sebelumnya dielukan sebagai ikon musik rock, dicokok polisi Senin (26/11) malam dengan tuduhan berlapis: melindungi buronan narkoba bersekongkol dengan buronan kasus narkoba, memiliki, dan menggunakan narkoba. Direktur Tindak Pidana Narkoba dan Kejahatan Terorganisasikan Badan Reserse dan Kriminal Mabes Polri, Brigjen Pol Indradi Thanos, Rabu, mengatakan Iyek dituduh menyembunyikan Jenny Chandra, buronan narkoba di rumahnya, Cinere, Depok, menyusul penemuan 490 ribu butir ekstasi di apartemen Taman Anggrek, Jakarta Barat, baru-baru ini. "Jenny ini datang ke rumah Ahmad Albar hari Jumat (23/11) padahal dia sudah mendapatkan kabar bahwa Jenny ini tengah dicari polisi," katanya. Polisi menuduh Iyek terlibat dalam persekongkolan kasus narkoba. Polisi juga menuduh Albar memiliki sebutir ekstasi yang ditemukan di dalam kamar mandinya. "Hasil tes urine Albar juga menunjukkan adanya kandungan narkoba," katanya. Anaknya, Fachri Albar pun menjadi buron polisi. Iyek kini sedang berada di "panggung sandiwara", menjadi pusat perhatian dan keprihatinan publik betapa sosok kawakan yang banyak dipuja itu akhirnya mengikuti rekan-rekan di dunia hiburan seperti Roy Marten, Fariz RM, Gary Iskak, dan Gogon. Di balik jeruji besi. "Ya sangat disayangkan ya. Dia kan pelopor musik rock di Tanah Air," kata pemusik Baim alias Muhammad Ibrahim, mantan vokalis Ada Band, tentang kasus yang menerpa Iyek. Selain Baim, keprihatinan antara lain juga datang dari Uki (vokalis Pas Band) dan Eno (penabuh drum grup Netral). Pengacara Farhat Abbas selaku teman Iyek menyampaikan bantahan Iyek sebagai pecandu narkoba meskipun hasil tes urine menunjukkan adanya kandungan narkoba. "Bahkan, Albar menyatakan siap direkam jika kedapatan sedang "sakaw" atau sakit karena pengaruh narkoba sebagaimana yang selama ini menimpa para pecandu pada umumnya," kata Farhat seusai menjenguk Iyek di Badan Narkotika Nasional (BNN). Farhat mengatakan, Iyek pernah mengkonsumsi narkoba tahun 1995 hingga 1996 namun setelah itu tidak lagi. Disampaikan pula Iyek tidak terlibat dalam sindikat narkoba kendati ada buronan kasus narkoba yang menginap di rumahnya selama dua malam. "Dia (Ahmad Albar) hanya kasihan saja karena didatangi seorang ibu dengan anak kecil yang kebingungan mencari rumah kontrakan. Ia tidak berpikir bahwa kasus ini bisa berbuntut panjang," kata Farhat, suami penyanyi Nia Daniati itu. Iyek, katanya, mengaku hanya apes karena keputusannya mengizinkan Jenny menginap di rumahnya membuat ia juga ditangkap. Sementara anak Iyek, Fachry Albar, sejauh ini masih berstatus buronan polisi menyusul penemuan 1,2 gram kokain di kamar Fachri. Memang tak ubahnya seperti sandiwara: ada cerita, ada lakon. "Tua-tua keladi" Menapaki usianya yang kian senja, Iyek tetap dikenal sebagai penyanyi rock yang masih sering naik panggung, baik solo maupun bersama grupnya yang melegenda, God Bless. Pada 25 Agustus 2007 misalnya, God Bless tampil di Plaza Timur Senayan menghibur ribuan pecintanya pada acara yang diselenggarakan oleh sebuah partai politik. Seperti judul lagunya "Tua-tua Keladi", Ahmad Albar yang menua tetap menjadi bintang rock pujaan. Ahmad Syech Albar, nama lengkapnya, lahir di Surabaya 16 Juli 1946. Ia anak pasangan Syech Albar dan Farida Al-Hasni. Ketika berusia 11 tahun ia bermain dalam film "Jenderal Kancil" selain membentuk band "Bintang Remaja" yang sempat mengikuti Festival Band Bocah di Lapangan Banteng, Jakarta Pusat. Sekitar tahun 1960, Ahmad Albar hijrah ke Belanda. Di negeri itu ia membentuk grup Take Five (1966-1967) yang sempat mengikuti festival dan berhasil meraih vokalis terbaik. Pada sekitar 1967-1972 ia merilis album dan lima single bersama grupnya "Clover Leaf". Beberapa lagu seperti "Don`t Spoil My Day" dan "Grey Clouds" cukup diminati publik Belanda pada zamannya. Akhir 1972 bersama Ludwig Lemans, gitaris Clover Leaf, balik ke Tanah Air. Awal 1973, bersama Ludwig, Donn Fattahy, Fuad Hassan, dan Jockie Soerjoprajogo membentuk God Bless untuk pagelaran di Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat. Kesuksesannya saat merilis album perdana bertajuk God Bless pada tahun 1975 membuat grup rock itu menjadi grup pembuka konser grup rock dunia "Deep Purple" di Jakarta. Figur Ahmad Albar meroket menjadi "superstar" rock Indonesia dan sempat menjadi sampul utama pemberitaan di sebuah majalah berita mingguan edisi 27 September 1975. Ahmad Albar yang berambut kribo kemudian membentuk grup "Duo Kribo" bersama Ucok Harahap yang vokalis AKA Band yang juga berambut kribo. Duet ini menelurkan tiga album yakni "Neraka Jahanam" (1977), Pelacur Tua (1978), dan "Panggung Sandiwara" (1978). Ahmad Albar menikah dengan aktris Rini S Bono pada 28 April 1978. Rini adalah lawan mainnya dalam film "Laila Majenun" arahan sutradara Sumanjaya. Pasangan itu memiliki tiga putra, Fauzy Albar, Fachry Albar, dan Fadly Albar. Seperti ayah dan ibunya yang bercerai, Ahmad Albar pun bercerai dengan Rini pada 30 September 1994. Setelah perceraiannya, Ahmad Albar sempat menjalin cinta dengan Cut Keke Ahmad Albar sempat mengecewakan sebagian penggemarnya ketika pada 1979 merilis album dangdut berjudul "Zakia". Maklum ketika itu dangdut masih kerap dianggap sebagai musik kampungan oleh sebagian masyarakat. Ternyata lagu "Zakia" yang diciptakannya "meledak" di pasaran. Gitaris Ian Antono meracik musiknya sehingga enak didengar. Tak hanya bernyanyi dangdut, Ahmad Albar pun main dalam film "Irama Cinta" bersama ratu dangdut Elvy Sukaesih. Pada 1980 God Bless mengeluarkan album kedua berjudul "Cermin". Ian Antono bergabung dalam kelompok musik cadas tersebut. Setelah itu God Bless vakum lama tetapi Ahmad Albar tetap bersolo karir atau tampil bersama penyanyi lain antara lain Gito Rollies dan Mus Mujiono. Sepanjang 1980-an hingga pertengahan 1990-an, Ahmad Albar mengeluarkan album "Syair Kehidupan" bersama Ian Antono, "Dunia Huru Hara" dan "Dunia Dibakar Api" yang dibuat bersama pemusik Areng Widodo, "Kartika" bersama Gito Rollies, album "Secita Cerita", "Langkah Pasti", dan "Scenario" bersama Fariz RM, dan "Tangan Baja" bersama Farid Harja, dan "Jangan Ada Luka" bersama "lady rocker" Nicky Astria. Ia juga mengeluarkan album solo "Bis Kota" (1990), "Giliran Siapa" (1991), "Rini Tomboy" (1991), "Menanti Kepastian" (1992), "Bunga Kehidupan" (1994), "Biarlah Aku Pergi" (1994), dan "Kendali Dendam (1995)". Berturut-turut, kemudian God Bless mengeluarkan sejumlah album rekaman seperti "Semut Hitam" (1988), "Raksasa" (1989), "The Story of God Bless" (1990), "18 Greatest Hits of God Bless" (1992), dan "Apa Kabar" (1997). Selain sering menggelar konser di banyak kota di Tanah Air, Ahmad Albar juga sempat menggelar konser di luar negeri. Pada 7 Februari 2004 misalnya ia tampil di Kuala Lumpur bersama "God Bless" memeriahkan ulang tahun grup rock Malayasia "Search". Seusai konser, Albar langsung bergabung dengan 11 penyanyi muda Duta (Sheila On 7), Armand Maulana (Gigi), Fadly (Padi), Kikan (Coklat), Andy (/rif), Roy (Bumerang), Warna, Audy, Ratu, Rio Febrian, dan Glenn. Mereka bersama-sama menyanyikan "Rumah Kita" yang diambil dari album God Bless "Semut Hitam". Ahmad Albar memiliki nama harum dalam kemeriahan musik rock di Tanah Air dan memang patut menjadi keprihatinan bila kini ia harus mendekam di penjara untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya. Seperti syair tembang "Panggung Sandiwara": "Dunia ini panggung sandiwara...ceritanya mudah berubah...Kisah Mahabrata atau tragedi dari Yunani... Setiap kita dapat satu peranan yang harus kita mainkan ......". Oh Ahmad Albar yang apes....(*)
Pewarta: Oleh Budi Setiawanto
Copyright © ANTARA 2007