Setahun setelah AS pertama kali memberlakukan tarif baru pada mitra dagangnya pada 2018, tarif baru-baru ini telah secara negatif mempengaruhi lebih dari seperempat perusahaan responden

Washington (ANTARA) - Tarif impor yang diterapkan pemerintahan Trump telah berdampak negatif terhadap perusahaan-perusahaan Amerika, khususnya dalam sektor yang menghasilkan barang-barang, demikian menurut survei terbaru yang dirilis pada Senin (29/4).

Sebanyak 75 persen responden di sektor penghasil barang, yang meliputi pertanian, kehutanan, perikanan, pertambangan, konstruksi dan manufaktur, melaporkan dampak negatif tarif terhadap perusahaan mereka, menurut survei yang dilakukan oleh Asosiasi Nasional untuk Ekonomi Bisnis (NABE) mulai 1 April hingga 10 April.

Di antara responden di sektor penghasil barang, 67 persen melaporkan biaya lebih tinggi, 50 persen melaporkan harga jual lebih tinggi dan 42 persen melaporkan dampak negatif terhadap penjualan, survei menunjukkan.

"Setahun setelah AS pertama kali memberlakukan tarif baru pada mitra dagangnya pada 2018, tarif baru-baru ini telah secara negatif mempengaruhi lebih dari seperempat perusahaan responden," kata Presiden NABE Kevin Swift dalam sebuah pernyataan.

"Dampak bersih dari tarif pada perusahaan-perusahaan Amerika tidak positif, dan dampak negatif terutama dicatat dalam sektor penghasil barang," katanya, seraya menambahkan perusahaan telah melakukan perubahan-perubahan dalam sumber, rantai pasokan atau praktik-praktik lain dalam menanggapi kekhawatiran perdagangan.

Hasil survei muncul sekitar satu tahun setelah pemerintah Trump memberlakukan tarif hukuman pada baja dan aluminium impor pada akhir Maret 2018, yang mendorong tarif pembalasan atas ekspor Amerika dari mitra dagang utama.

Survei juga menunjukkan bahwa 53 persen responden memperkirakan produk domestik bruto (PDB) riil AS akan naik lebih dari dua persen selama empat kuartal berikutnya, dibandingkan dengan 67 persen responden dalam survei Januari.

Sementara itu, 52 persen responden survei melaporkan kekurangan tenaga kerja terampil di perusahaan mereka, naik dari 45 persen yang melaporkan kekurangan tenaga terampil setahun yang lalu, menunjukkan kemungkinan tanda-tanda tekanan upah.

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2019