Cigombong (ANTARA) - Direktorat Jenderal Sumber Daya Air (Ditjen SDA) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melibatkan kaum milenial dalam mengatasi permasalahan air dan lingkungan, untuk mengelola SDA di masa depan.
"Pelibatan pelajar dan mahasiswa merupakan langkah nyata kaderisasi pelopor mengelola sumber daya air di masa depan," ujar Direktur Jenderal (Dirjen) SDA Kementerian PUPR, Hari Suprayogi, kepada ANTARA saat acara puncak peringatan Hari Air Dunia XXVII di Situ Lido Cigombong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Selasa.
Dia mengatakan rasio tampungan air di Indonesia saat ini masih minim, yakni 50 meter kubik per kapita per tahun, sedangkan di negara lain, seperti Thailand sudah mencapai angka 1.200 meter kubik per kapita per tahun.
Hari menyebutkan pemerintah sedang membangun 65 bendungan di berbagai wilayah Indonesia, akan tetapi ketika 65 bendungan itu terbangun hanya mampu manaikkan rasio tampungan air menjadi 95 meter kubik per kapita per tahun.
Oleh karena itu, kata dia, masih jauh dengan Visium Kementerian PUPR Tahun 2030, yakni rasio tampungan air terhadap jumlah penduduk bisa mencapai 120 meter kubik per kapita per tahun.
"Thailand aja 1.200 meter kubik per kapita per tahun, kita 2030 baru 120. Jadi kita harus membangun tampungan-tampungan, waduk-waduk sebanyak mungkin," kata diai.
Ia menyebutkan fakta mengkhawatirkan lainnya, yaitu belum ada kota ataupun kabupaten di Indonesia yang wilayahnya 100 persen memiliki akses ke sumber daya air.
"Tiap daerah ga ada yang 100 persen, paling tinggi itu 72 persen. Semua harus dapat akses air, kalau jaraknya ke sumber air lebih dari dua kilometer, sama dengan tidak dapat akses air," katanya.
Pada peringatan Hari Air Dunia XXVII di Situ Lido Cigombong itu, Kementerian PUPR menghadirkan para pelajar dan mahasiswa asal Kabupaten Bogor. Beberapa kegiatan yang dilakukan, antara lain membuat lubang biopori, menanam pohon, dan melepaskan bibit ikan ke Danau Lido.
Pewarta: M Fikri Setiawan
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2019