Jakarta (ANTARA) - Peneliti tsunami Kementerian Kelautan dan Perikanan Abdul Muhari mengusulkan perluasan sempadan pantai ke arah laut untuk ditanami vegetasi sebagai penghalang gelombang tsunami yang mungkin terjadi.

"Berdasarkan tsunami yang beberapa kali terjadi, vegetasi merupakan yang paling efektif menghambat laju gelombang sehingga kerusakan bisa diminimalkan," kata Muhari dalam jumpa pers di Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Jakarta, Selasa.

Menurut Muhari, diperlukan lahan selebar 150 meter hingga 200 meter di pantai untuk ditanami vegetasi sebagai penghambat gelombang tsunami. Masalahnya, wilayah pantai Indonesia yang rawan tsunami tidak ada lahan selebar itu.

Karena itu, alternatif yang bisa dilakukan adalah dengan memperluas sempadan pantai ke arah laut dengan membuat endapan sehingga kedalaman laut di dekat pantai bisa ditanami vegetasi.

"Kementerian Kelautan dan Perikanan sudah melakukan beberapa cara. Salah satunya dengan membatasi dulu wilayah laut yang diperlukan dengan bambu atau kayu sehingga sedimen ke arah pantai tertahan. Setelah itu akan timbul endapan secara alami," tuturnya.

Setelah sempadan pantai terbentuk, wilayah tersebut ditanami dengan vegetasi yang dapat menghambat laju gelombang tsunami, seperti tanaman bakau dan pohon pinus.

"Untuk menghalau kapal atau perahu besar yang terbawa gelombang, juga diperlukan tanaman-tanaman pohon besar untuk menghalau," jelasnya.

Kawasan yang merupakan sempadan pantai hasil endapan alami tersebut kemudian bisa dijadikan kawasan konservasi atau wisata yang bisa meningkatkan perekonomian masyarakat setempat.

Pewarta: Dewanto Samodro
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2019