Depok (ANTARA News) - Guru Besar Ilmu Administrasi Bisnis Internasional di Universitas Indonesia (UI) Depok, Ferdinand Dehoutman Saragih, berpendapat bahwa integrasi pasar modal di kawasan Perhimpunan Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) perlu segera diwujudkan. "Sejalan dengan integrasi pasar keuangan di kawasan ASEAN, wujud konkret yang perlu dilakukan adalah integrasi pasar modal ASEAN," kata Ferdinand, usai dikukuhkan sebagai Guru Besar Ilmu Administrasi Bisnis Internasional, Universitas Indonesia (UI), di Depok, Rabu. Menurut dia, integrasi pasar keuangan ASEAN perlu dimasukkan sebagai agenda yang mendesak dalam cetak biru ASEAN Economic Community (AEC). Ferdinand mengatakan ada beberapa alasan empiris yang mendukung rekomendasi terhadap percepatan integrasi pasar modal ASEAN. Pertama, berdasarkan laporan dari majalah FinanceAsia (2005), diperkirakan terdapat 461 miliar dolar AS dana yang akan diinvestasikan pada proyek infrastruktur transportasi dan neergi di Asia tenggara dalam waktu 15 tahun kedepan. "Indonesia sendiri telah menggunakan biaya investasi sebesar 76 miliar dolar Amerika Serikat (AS) pada tahun 2005, sedangkan Thailand akan menghabiskan dana 45 miliar dolar AS selama 4 tahun kedepan," jelasnya. Alasan kedua, kata dia, ASEAN memiliki pasar dengan setengah miliar penduduk, jumlah ini lebih besar dari penduduk eropa. Selain itu, ASEAN juga merupakan wilayah yang memiliki pertumbuhan yang paling cepat didunia. Pada tahun 2004, pertumbuhan ASEAN adalah 6,3 persen, dibandingkan dengan pertumbuhan rata-rata dunia yang hanya 5 pesen. Berdasarkan pertumbuhan tren saat ini PDB kombinasi dari semua negara anggota ASEAN diperkirakan akan menapai setriliun dolar AS pada tahun 2010. Sedangkan, menurut dia, alasan ketiga adalah rantai produksi ASEAN merupakan salah satu mata rantai yang paling luas didunia. Terdapat perjanjian Perdagangan Bebas atau Free Trade Agreement (FTA), pada tingkat negara secara khsusu juga pada tingkat Asean sebagai organisasi blok pada umumnya. "Cina dan India telah menjadi mitra FTA dengan Asean untuk menghapuskan semua tarf berturut-turut pada tahun 2010 dan 2011," jelasnya. Alasan keempat, katanya, perdagangan antar negara Asean telah meningkat 32 persen dari seluruh ekspor pada tahun 1990 menjadi besar 40 persen di tahun 2004. Angka ini dua kali lebih cepat dari pertumbuhan perdagangan seasam negara eropa. Selanjutnya, ia menilai, alasan kelima adalah menghindari pembayaran pajak ganda dengan dengan diberlakukannya jaraingan internasional terhadap pajak, sehingga diharapkan Asean merupakan daerah domisili yang memeilki pajak yang efisien bagi para investor. Sementara itu, ia menambahkan, alasan keenam adalah para investor yang memerlukan kredit juga akan menemukan beraneka ragam jenis kredit yang ditawarkan oleh institusi pemberi kredit. Ferdinand mengatakan integrasi pasar modal ASEAN memang disadari sebagai suatu perjalanan panjang, biasanya realisasi penuh integrasi ini memerlukan waktu puluhan tahun. Sebagai contoh, kehadiran mata uang tunggal euro di Uni Eropa (UE). Setelah lebih dari enam tahun euro diperkenalkan, memang kebanyakan integrasi telah berjalan, tetapi belum semua negara secara penuh mengimplementasikan integrasi mata uang mereka terhadap euro. Analogi yang sama juga juga akan terjadi juga terjadi pada integrasi pasar modal ASEAN. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007