Sanksi AS terhadap industri minyak Iran akan merusak stabilitas pasar minyak global

New York (ANTARA) - Harga minyak AS lebih tinggi pada penutupan perdagangan Senin (Selasa pagi WIB), karena pasar berusaha melanjutkan reli selama seminggu yang terhenti pada Jumat (26/4/2019) ketika Presiden AS Donald Trump meminta agar klub produsen OPEC meningkatkan produksi guna mengurangi dampak sanksi AS terhadap Iran.

Minyak mentah berjangka AS, West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juni, meningkat 0,20 dolar AS atau 0,3 persen, menjadi menetap pada 63,50 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.

Sementara itu, minyak mentah Brent untuk pengiriman Juni, turun 0,11 dolar AS atau 0,2 persen, menjadi ditutup pada 72,04 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.

Kedua kontrak acuan minyak mentah turun sekitar tiga persen pada Jumat (26/4/2019) setelah Trump mengatakan kepada wartawan bahwa dia telah meminta OPEC dan mengatakan kepada kartel untuk menurunkan harga minyak, tanpa mengidentifikasi siapa yang dia ajak bicara, atau apakah dia berbicara tentang diskusi sebelumnya dengan pejabat OPEC.

Analis dan pelaku pasar mengesampingkan pernyataan Trump karena rinciannya tidak jelas.

"Tidak ada perwakilan OPEC atau pemerintah Saudi yang maju untuk mengakui diskusi apa pun dalam hal ini," kata Jim Ritterbusch, presiden Ritterbusch and Associates.

"Upaya nyata untuk menekan harga bensin ini telah dicoba sebelumnya oleh Trump dan sementara memaksa penurunan awal harga, kemunduran seperti itu setelah harga mencapai tertinggi baru, kadang-kadang dalam hitungan hari."

Pernyataan Trump pada awalnya memicu aksi jual, menempatkan kenaikan sementara pada kenaikan harga 40 persen sejak awal tahun. Penurunan ini diperburuk oleh faktor-faktor teknikal termasuk posisi jangka panjang spekulatif yang berlebihan dalam minyak mentah AS, kata para analis.

Para spekulan meningkatkan gabungan posisi jangka panjang neto berjangka dan opsi di New York serta London sebanyak 24.078 kontrak menjadi 326.818 kontrak selama sepekan yang berakhir 23 April, level tertinggi sejak awal Oktober. Ini adalah peningkatan kesembilan berturut-turut.

Reli harga minyak telah mendapatkan momentum pada April, setelah Trump memperketat sanksi terhadap Iran dengan mengakhiri semua pengecualian yang sebelumnya diberikan kepada pembeli utama minyak Iran.

Sanksi AS terhadap industri minyak Iran akan merusak stabilitas pasar minyak global, kata seorang pejabat senior Iran seperti dikutip pada Senin (29/4/2019).

"Sanksi ini adalah contoh reaksi intimidasi Amerika terhadap perubahan keseimbangan kekuasaan di dunia," Amir Hossein Zamaninia, wakil menteri perminyakan Iran, mengatakan dalam sebuah laporan yang dimuat situs berita kementerian minyak SHANA.

Sanksi AS terhadap Venezuela juga sedang berjalan untuk memperketat pasokan global, ketika pertempuran di Libya juga mengancam akan mengekang produksi minyak di sana.

Produksi minyak di anggota OPEC Libya telah berulang kali terganggu oleh konflik faksi-faksi dan blokade sejak pemberontakan 2011 yang menggulingkan diktator Muammar Gaddafi.

"Kami berhadapan dengan pasar yang sebenarnya tidak kekurangan pasokan, tetapi kekurangan karena tindakan bermotivasi politik, dan kami tahu seberapa cepat itu dapat berbalik jika perlu," kata analis Saxo Bank, Ole Hansen kepada Reuters.

"Menjadi bearish (lesu) di pasar adalah tempat yang sangat sepi sekarang."

Para pedagang mengatakan pasar mengalihkan fokus ke pemangkasan pasokan sukarela yang dipimpin oleh OPEC, kepala de facto kartel Arab Saudi merupakan pengekspor minyak utama dunia.

"Kami berpandangan bahwa Arab Saudi akan meningkatkan produksi secepatnya Mei, sesuatu yang kemungkinan besar akan mereka lakukan menjelang musim panas," kata bank ING.

Ia menambahkan bahwa Saudi dapat meningkatkan outputnya dan "masih mematuhi perjanjian OPEC + untuk bulan Mei."

"Kami percaya bahwa (penurunan harga) mungkin karena situasi di pasar berjangka saat ini sedang overbought," tulis Commerzbank dalam sebuah catatan.

"Akibatnya, tingkat ketidakpastian yang kecil pun dapat memicu respons harga yang lebih nyata. Namun, karena situasi pasokan tetap ketat, kenaikan harga baru dimungkinkan."

Baca juga: Harga minyak terus menurun pasca-Trump tekan OPEC tingkatkan produksi
Baca juga: Harga minyak jatuh setelah Trump tekan OPEC tingkatkan produksi

Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2019