Hal yang sama terjadi ketika rencana operasi dialihkan untuk penerbangan domestik
Kulon Progo (ANTARA) - PT Angkasa Pura I berupaya melaksanakan mandat Peraturan Presiden Nomor 98 Tahun 2017 tentang pengoperasian Bandara Internasional Yogyakarta, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, pada 29 April 2019, namun pihak maskapai internasional belum siap, sehingga batal dioperasikan hari ini.
"Bandara Internasional Yogyakarta secara prinsip siap dioperasiian untuk penerbangan internasional dan penerbangan domestik. Namun, dari maskapai memang belum siap," kata Juru Bicara Proyek Bandara Internasional Yogyakarta Agus Pandu Purnama di Kulon Progo, Senin.
Ia mengatakan AP I sudah berusaha bahu membahu untuk menyiapkan pendaratan pesawat di bandara tersebut. Termasuk, penilaian atas potensi gangguan dan risiko (Hazard Identification and Risk Assessment/HIRA) juga telah final dan menyatakan Yogyakarta International AIrport (YIA) siap dan aman didarati pesawat. Dokumen Airport Emergecy Programme (AEP) serta seurity dan safety sudah dibuat serta disimulasikan. Selain itu, Aeronautical Information Publication (AIP) juga telah dipublikasikan.
Begitu juga layanan meteorologi, pelayanan pengisian bahan bakar pesawat, ruang pelayanan kesehatan, ground handling, karantina, dan transportasi sudah disiapkan untuk pengoperasian bandara yang semula direncakanan untuk penerbangan internasional. Hanya saja, pengoperasian kemudian terganjal belum siapnya maskapai karena masih harus mengurus izin slot penerbangan dan butuh waktu lama.
"Hal yang sama terjadi ketika rencana operasi dialihkan untuk penerbangan domestik," katanya,
Ia memastikan Bandara Internasional Yogyakarta siap menerima berapapun slot yang dibutuhkan maskapai meski akan dilihat juga potensi kecocokan jadwal (pairing) slot terbang dengan bandara lain yang jadi tujuan atau asal keberangkatan. Di antaranya, Lion Group sudah mengajukan rute YIA-Bali, Balikpapan, dan Batam. Hanya saja, ternyata slot di Bali tidak siap untuk jam yang sesuai.
"Kendala ada di pairing sedangkan di Adi Sutjipto sudah 188 penerbangan per hari. Makanya bandara ini akan dioperasikan untuk domestik mengingat 10 hari sebelum dan sesudah Lebaran biasanya ada extra flight. Tahun lalu ada 26 extra flight di ADS dan kami berharap nanti seluruhnya bisa dipindah ke BIY. Saya pastikan tambahan penerbangan itu akan dipindah," kata Pandu.
Sementara itu, Coporate Secretary PT AP I Handy Heryudhitiawan mengatakan Peraturan Presiden Nomor 98 Tahun 2017 dalam pasal 8 memerintahkan PT Angkasa Pura I membangun bandara baru tersebut secara bertahap. Serta, mengoperasikannya pada April 2019.
Presiden Joko Widodo juga menunda rencana mendarat di bandara itu dengan pesawat kepresidenan pada 29 April seperti ditargetkan sebelumnya. Mendaratnya pesawat kepresidenan ini semula digadang menjadi pendaratan perdana sekaligus peresmian pengoperasian bandara tersebut untuk penerbangan domestik.
"Adapun hingga saat ini, BIY belum bisa didarati pesawat komersial karena beberapa maskapai belum mendapatkan izin slot penerbangan dari Kementerian Perhubungan," katanya.
Proses penyiapan bandara itu untuk menuju operasi menurutnya sangat panjang hingga bisa memperoleh SBU. Termasuk juga untuk memastikan sisi keamanan dan keselamatan (safety and security). Namun yang perlu dicatat, kata Handy, AP I tidak mungkin melaksanakan operasi sendirian melainkan ada pemangku kepentingan lainnya dalam industri penerbangan yang harus menjadi kesatuan. DI antaranya maskapai penerbangan, Pertamina, sektor ground handling, hingga AirNav dan pihak terkait lainnya.
"AirNav bahkan sudah membuat desain prosedur agar operasional dua bandara yang saling berdekatan ini (YIA dan Adisucipto) tetap aman. Ini semua proses yang panjang dan AP I tidak bisa bermain sendirian," kata Handy.
Baca juga: PHRI berharap Bandara Internasional Yogyakarta beroperasi
Baca juga: AP: infrastruktur pendukung BIY hambat penerbangan internasional
Baca juga: Citilink terbang perdana di bandara baru Yogyakarta 6 Mei
Pewarta: Sutarmi
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2019