"Saya menyambut baik keberadaan buku ini supaya semangat untuk melakukan penjagaan terhadap independensi, semangat lebih memperkuat antikorupsi, bisa terus digaungkan banyak pihak," kata Agus saat acara Sarasehan Pustaka Bedah Buku "KPK Berdiri untuk Negeri" di Gedung KPK, Jakarta, Senin.
Dalam buku tersebut, salah satunya membahas soal pemberantasan korupsi sebelum KPK berdiri, seperti ide adanya Badan Independen Antikorupsi (BIAK).
Adapun penulis buku tersebut adalah Arin Swandari, Cisya Satwika, dan Lilyani Harsulistyati.
Sementara, Erry Riyana Hardjapamekas, Chandra M Hamzah, Sudirman Said, Kemal Azis Stamboel, Ahmad Fikri Assegaf, dan Arief T Surowidjojo merupakan para pegiat antikorupsi 1998 yang menggagas buku tersebut.
"Kami mengucapkan terima kasih banyak telah diberikan kesempatan untuk menyusun buku ini terutama kepada penggagas. Buku ini masih banyak kekurangan, kami perlu memperbaiki, semoga ada kesempatan untuk memperbaikinya nanti apapun bentuknya itu," kata Arin dalam acara tersebut.
Ia mengatakan tantangan yang paling besar dalam menulis buku itu adalah saat mengumpulkan dokumen maupun data yang tersebar di mana-mana.
"Pada saat itu belum cukup banyak cerita yang ada di internet, jadi kita mencari ke mana-mana, tetapi sekali lagi karena para penggagas ini selalu memfasilitasi apa yang kita butuhkan, jadi gampang mencari (data) dari DPR, KPK, Sekretariat Negara dan lainnya. Akhirnya kita dapat semua," kata Arin.
Sebagai contoh, kata dia, ada satu foto yang dicari dalam kurun yang waktu lama sampai satu tahun setengah, yaitu foto pada saat pengucapan sumpah jabatan pimpinan KPK jilid pertama.
"Rupanya tidak banyak yang foto, akhirnya dapat di (LKBN) Antara. Lagi-lagi Pak Erry yang turun tangan karena kalau kami yang cari sendiri pasti tidak ketemu. Akhirnya Pak Erry yang bisa berikan jalan untuk bisa masuk ke Antara," ungkap Arin.
Untuk diketahui, Erry Riyana Hardjapamekas merupakan pimpinan KPK jilid pertama.
Dalam kesempatan sama, Jenderal (Purn) Endriartono Sutarto yang juga hadir sebagai narasumber pada sarasehan itu menyatakan bahwa buku "KPK Berdiri untuk Negeri" sangat penting agar kita memahami perjalanan pejuang-pejuang antikorupsi.
"Kalau kita mengikuti perjalanan panjang dari para pejuang antikorupsi yang diceritakan dalam buku berjudul KPK Berdiri untuk Negeri, maka kita akan dapat merasakan bagaimana mereka telah berjuang tanpa mengenal lelah yang terkadang sampai lupa waktu," ucap Endriartono.
Bahkan, kata dia, mereka juga harus mengobarkan keluarganya dengan satu tujuan agar korupsi di Indonesia ini bisa dihilangkan.
"Bukan hanya harta lalu dikorbankan, kadang-kadang mereka juga harus mengorbankan keluarganya hanya dengan satu tujuan, bagaimana agar korupsi di Indonesia bisa dihapus," katanya.
Pewarta: Benardy Ferdiansyah
Editor: Eddy K Sinoel
Copyright © ANTARA 2019