Kami masih dengan rencana untuk mengejar pertumbuhan kredit di 10-12 persen (yoy) tahun ini

Jakarta (ANTARA) - PT Bank Mandiri Persero Tbk mengantongi pertumbuhan laba bersih 23,4 persen secara tahunan menjadi Rp7,2 triliun pada kuartal I 2019, meskipun marjin bunga bersih menurun tipis karena perseroan perlu menaikkan suku bunga dana untuk memperoleh likuiditas.

Direktur Manajemen Risiko Bank Mandiri Ahmad Siddik Badrudin dalam jumpa pers di Jakarta, Senin, mengatakan raihan pertumbuhan laba yang diklaim tertinggi di industri, karena pertumbuhan kredit yang mencapai 12,4 persen (yoy) menjadi Rp790,5 triliun.

Penyaluran kredit ini mendongkrak pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) sebesar 9,07 persen (yoy) menjadi Rp14,3 triliun. Namun, marjin bunga bersih (net interest margin/NIM) Mandiri turun 14 basis poin menjadi 5,66 persen dari 5,8 persen.

"Kami lakukan kalibrasi agar suku bunga spesial deposito (spesial rate) diberikan secara hati-hati dan tidak berikan dampak negatif ke biaya dana (cost of fund)," ujar Siddiq.

Untuk menopang pertumbuhan kredit, Mandiri baru menumbuhkan Dana Pihak Ketiga (DPK) 7,6 persen (yoy) menjadi Rp827,8 triliun. Dengan capaian DPK dan kredit itu, aset emiten bersandi BMRI ini terkumpul Rp1.206 triliun.

Siddiq mengatakan penghimpunan pendanaan Mandiri tidak kedodoran meskipun DPK tumbuh hanya satu digit. Menurutnya, Mandiri memang berhati-hati dan selektif dalam menghimpun pendanaan agar tidak menaikkan komponen biaya dana (cost of fund) perseroan.

Selain DPK, untuk menopang pendanaan, Mandiri sudah menerbitkan obligasi global pada kuartal I 2019 ini sebesar 750 juta dolar AS.

"Kami masih dengan rencana untuk mengejar pertumbuhan kredit di 10-12 persen (yoy) tahun ini," ujar Siddiq.

Dengan penyaluran kredit yang terjadi pengalihan untuk memperbaiki kualitas kredit, rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) Mandiri membaik ke 2,68 persen dari periode sama tahun lalu di 3,32 persen.

Direktur Keuangan Mandiri Panji Irawan mengakui pada awal tahun ini Mandiri memang perlu menerapkan suku bunga spesial karena ketatnya persaingan menghimpun likuiditas. Meski demikian, dia enggan menyebutkan berapa special rate yang ditawarkan

"Suku bunga pasar itu tendensinya likuiditas dan didapatkan suku bunga spesial. Kalau tahun lalu kita tidak pakai, maka tahun ini kita terpaksa pakai," ujar Panji.

Sementara, pendapatan komisi (fee based income) Mandiri di paruh pertama tahun ini sebesar Rp6,4 triliun atau naik tiga persen.


Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2019