Kulon Progo (ANTARA) - PT Angkasa Pura I mengakui faktor infrastruktur pendukung Bandara Internasional Yogyakarta, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, menjadi salah satu penghambat maskapai internasional enggan mendaratkan pesawatnya di bandara tersebut.
"Itu memang salah satu faktor. Selain itu, mereka membutuhkan waktu lama untuk mengubah operasionalannya," kata Vice President Aeronautical Business PT Angkasa Pura I Rahardian D. Yogisworo di Kulon Progo, Senin.
Ia mengatakan maskapai penerbangan internasional harus mengurus slot dan rutenya, misalnya Singapura-JOG menjadi Singapura YIA lebih lama prosesnya dan membutuhkan waktu lama.
"Maskapai internasional membutuhkan waktu untuk mempersiapkan daya dukung dan kelengkapannya," kata dia.
Selain itu, lanjut Yogisworo, pada Maret 2019 lalu, PT AP I mengikuti konferensi penerbangan internasional di Filipina untuk memasarkan potensi penerbangan di Indonesia. Saat itu, dirinya bertemu dengan dua maskapai asing dan memasarkan salah satunya keberadaan Bandara Internasional Yogyakarta, yakni Maskapai Qatar dan Maskapai FAR.
Kalau bicara Yogyakarta, potensi minat kunjungan wisata berasal dari Malaysia,Taiwan dan Eropa. Kenapa dirinya bertemua dengan maskapai Qatar dan FAR, karena FAR sebagai maskapai yang melayani China City. Di China itu memiliki 35 destinasi. Dari analisa pasar, tujuan wisatawan China ke Bali.
"Kami mencoba mendekati dari China City. Kemudian, alasan mendekati Qatar karena di DIY dan Jawa Tengah ini memiliki trafik yang besar ke Arab. Saat ini, penerbangannya melalui Malaysia," katanya.
Ia mengatakan Qatar menjadi sasaran supaya melakukan penerbangan ke Bandara Internasional Yogyakarta karena 24 persen pasar Eropa akan menuju Yogyakarta. Saat ini, baru ke Bali.
Kalau bicara potensi, ada dua pendekatan untuk mempromosikan dan menarik penerbangan ke Bandara Internasional Yogyakarta. Dua minggu lalu, AP I bertemu dengan Board of Airlines Representative in Indonesia (BARINDO) terkait penawaran spesial perbangan ke Bandara Internasional Yogyakarta.
"Bandara Internasional Yogyakarta berpotensi menjadi tempat transit dari Eropa ke Australia," katanya.
Hal ini menjadi peluang bagi potensi pariwisata di Yogyakarta. Nanti, AP I akan mengumpulkan seluruh pemangku kepentingan di sektor pariwisata untuk menangkap peluang ini. Ia mengaku AP I telah mendapat sata dari BPS dan airline soal jumlah wisatawan yang datang ke Yogyakarta.
"Kami ingin mendapatkan data secara langsung dari pengiat pelaku wisata, supaya mendapatkan demografis wisatawan mancanegara. Prambanan dan Borobudur pangsa pasarnya Eropa, China lebih kearah gunung," katanya.
Baca juga: Lebaran 2019, penerbangan domestik Adisutjipto dialihkan ke BIY
Baca juga: Apron Bandara Internasional Yogyakarta siap menampung enam pesawat
Pewarta: Sutarmi
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2019