Jakarta (ANTARA News) - Kurs rupiah, Rabu pagi, cenderung stabil karena aktivitas perdagangan jual maupun beli cukup berimbang, sejalan dengan berkurangnya konsumsi kebutuhan dolar. Nilai tukar rupiah mencapai Rp9.395/9.402 per dolar AS tidak berbeda jauh dengan Rp9.397/9.420 per dolar AS pada penutupan Selasa. Pengamat pasar uang, Edwin Sinaga, mengatakan, di Jakarta, bertahannya rupiah terhadap dolar AS, karena peran Bank Indonesia (BI) yang terus memantau pasar uang domestik. BI khawatir apabila rupiah menembus di atas level Rp9.400 per dolar AS, maka mata uang lokal itu akan terus terpuruk jauh di atas level Rp9.500 per dolar AS, katanya. Rupiah, lanjut dia, kemungkinan sudah mencapai level Rp9.500 per dolar AS, apabila BI tidak masuk pasar dan melepas cadangan dolarnya, sehingga keterpurukan rupiah agak tertahan. Namun sejauh mana BI bisa mempertahankan kondisi rupiah, apabila harga minyak mentah dunia itu terus menguat hingga di atas level 110 dolar AS, katanya. Meski demikian, menurut dia, dengan masuknya BI ke pasar maka tekanan negatif yang kuat itu sedikit banyak bisa berkurang dan rupiah masih bisa di bawah level Rp9.400 per dolar AS. "Kami memperkirakan rupiah sampai saat ini masih dapat bertahan di bawah level Rp9.400 per dolar AS," ucapnya. Ia mengatakan, pasar juga sedang menunggu kelanjutan dari Bank Sentral AS (The Fed) yang akan menurunkan lagi suku bunganya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang semakin melambat. Apabila The Fed jadi menurunkan suku bunganya diharapkan rupiah akan bisa bergerak naik, apalagi penurunan bunga AS itu mencapai 50 basis poin. Kasus gagal bayar sektor perumahan AS, pengetatan kredit yang merugikan perusahaan keuangan AS merupakan faktor utama melemahnya pertumbuhan ekonomi AS, tuturnya. Sementara itu, dolar AS terhadap yen turun, karena pelaku pasar melakukan aksi lepas dolar AS untuk mencari untung. Dolar AS turun menjadi 107,22 yen dan euro melemah 0,1 persen menjadi 161,11 yen. (*)
Copyright © ANTARA 2007