Jakarta (ANTARA News) - Kalangan produsen mobil di dalam negeri menekan margin keuntungan mereka guna menahan kenaikan harga di tingkat ritel, menyusul kenaikan harga komponen. "Pasar bisa rusak kalau kami langsung menaikkan harga (mobil)," kata Presdir Grup Indomobil Gunadi Sindhuwinata di Jakarta, Selasa. Oleh karena itu, meskipun harga komponen sudah mulai meningkat, harga mobil masih akan ditahan sesuai dengan kemampuan daya beli masyarakat. "Jadi margin keuntungannya yang ditekan," ujarnya. Selain itu, lanjut Gunadi, kenaikan harga mobil juga tidak bisa dilakukan semena-mena mengikuti kenaikan harga minyak mentah dunia yang mendorong kenaikan harga bahan baku komponen. "Harga mobil tidak bisa naik dan turun seenaknya," kata dia. Apalagi, ia melihat gejolak harga minyak mentah dunia cenderung tidak stabil. Produsen, kata dia, akan melihat dahulu sampai batas mana kenaikan harga minyak mentah dunia. Untuk menentukan harga mobil di dalam negeri, lanjut dia, pihaknya juga akan melihat kebijakan pemerintah mengenai harga BBM subsidi di dalam negeri yang akan mempengaruhi pula pasar mobil nasional. "Harga komponen sudah mulai meningkat pada September 2007, tapi kenaikan harga mobil masih ditahan," ujarnya. Hal senada dikemukakan Presdir PT Toyota Astra Motor (TAM) Jhonny Darmawan. Ia mengatakan, harga mobil selama ini lebih ditentukan oleh kemampuan daya beli masyarakat. "Selera dan kemampuan daya beli masyarakat menentukan berapa harga mobil tersebut," katanya. Menurut dia, bila pasar mobil tetap tumbuh dan skala ekonomisnya tinggi, maka dampak kenaikan harga komponen bisa ditekan. "Kalau kenaikan harga komponen sudah tidak bisa diatasi, maka kami akan mencari mencari model baru yang sesuai dengan kemampuan pasar," ujarnya. Ia mencontohkan ketika harga produksi mobil Toyota Kijang Innova terus meningkat, sedangkan daya beli pasar ada pada tingkat lebih rendah dari itu, maka terciptalah Toyota Avanza.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007