Pelaku pasar global kian optimistis dengan keseriusan dari AS dan China membicarakan kembali perdagangan yang dapat menghasilkan yang terbaik bagi keduanya

Jakarta (ANTARA) - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan masih bisa berbalik ke zona hijau, meskipun indeks perdagangan bursa terseret ke zona merah dengan koreksi hingga 0,2 persen atau 13 poin ke 6.388,38 pada awal pekan Senin ini.

Katalis pasar domestik yang bisa menopang IHSG antara lain pengumuman laba emiten sepanjang pekan ini, prospek positif neraca transaksi berjalan, dan pertumbuhan ekonomi, serta penopang eksternal dari negosiasi penyelesaian konflik dagang Amerika Serikat (AS) dan China.

"Pelaku pasar global kian optimistis dengan keseriusan dari AS dan China membicarakan kembali perdagangan yang dapat menghasilkan yang terbaik bagi keduanya," ujar Kepala Riset Valbury Sekuritas Alfiansyah di Jakarta, Senin.

Membuka perdagangan Senin ini, IHSG terperosok 13 poin atau 0,2 persen ke 6.388,38. Sementara kelompok saham unggulan, Indeks LQ45 melemah 5,23 poin (0,52 persen) ke 1.005,109.

Alfiansyah juga menyoroti sentimen domestik yang diyakini bisa menjadi penopang perdagangan. Pemerintah dan BI sama-sama yakin konsumsi rumah tangga akan menjadi pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) pada kuartal I 2019 ini, dan akan lebih kuat dibandingkan pertumbuhan PDB kuartal I 2018 sebesar 5,06 persen.

Menko Perekonomian Darmin Nasution optimistis pertumbuhan ekonomi kuartal I 2019 mencapai 5,1 persen secara tahunan (yoy). Sementara Bank Indonesia (BI) justeru lebih yakin dengan pertumbuhan ekonomi 5,2 persen (yoy) di paruh pertama tahun ini.

Beberapa kabar yang dirangkum Antara dan diperkirakan bisa menjadi pengaruh perdagangan pada awal pekan ini antara lain proyeksi pasar saham domestik yang masih diminati investor portofolio.

Setelah pengumuman pertumbuhan ekonomi AS akhir pekan lalu di 3,2 persen, pelaku pasar tampaknya tidak akan sulit menerka laju kenaikan suku bunga AS. Pasalnya inflasi inti AS tercatat melemah menjadi 1,3 persen secara tahunan di kuartal I 2019.

Inflasi akan menjadi rujukan atau sasaran bank sentral negara itu, Federal Reserve (Fed) dalam menentukan kebijakan suku bunga terbaru yang akan diputuskan pada pekan ini. Inflasi inti yang masih tertekan, diperkirakan membuat The Fed tidak akan menaikkan suku bunga acuannya dalam waktu dekat.

Aspek lainnya dari sisi domestik, Bank Indonesia (BI) sudah mengumumkan bahawa Neraca Pembayaran Indonesia akan surplus di kuartal I 2019, namun tidak akan lebih baik dibanding surplus kuartal IV 2018. Surplus pada paruh pertama tahun ini juga karena defisit transaksi berjalan yang terobati setelah pada kuartal IV 2018, defisit melebar hingga 3,5 persen dari PDB.

Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2019