Kudus (ANTARA) - Perkumpulan Bulu tangkis (PB) Djarum Kudus sudah melahirkan pemain kelas dunia bahkan menjadi legenda, sebut saja Christian Hadinata, Hastomo Arbi, Hariyanto Arbi, Alan Budi Kusuma, Liliyana Natsir hingga Tontowi Ahmad.
Namun, pada HUT PB Djarum ke-50 di GOR Jati, Kudus, Jawa Tengah, Minggu semuanya terungkap. Ternyata perjalanannya tidak semulus sekarang. Air mata kesedihan maupun kebahagian mewarnai kiprah perjalanan klub yang bermarkas di Kudus ini.
"PB Djarum didirikan karena ayah saya (Budi Hartono) suka bulu tangkis. Saya juga sama, tapi kurang berbakat. Peran saya lebih ke membina bukan jadi atlet," kata Presiden Director Djarum Foundation Victor R Hartono.
Dalam "Perjalanan Emas Bulu tangkis" 50 tahun PB Djarum diceritakan sekitar tahun 1970 pada sebuah kejuaraan lokal di Kudus, Budi Hartono melihat seorang anak laki-laki berusia 15 tahun menangis di tangga pojokan gedung karena mengalami kekalahan saat bertanding.
Budi Hartono langsung memberikan nasehat agar tidak putus asa. Bahkan juga menawarkan lelaki muda itu untuk bergabung dengan PB Djarum. Kini, sosok anak muda tersebut dikenal sebagai Liem Swie King.
King sendiri membayar kepercayaan yang diberikan dengan prestasi yang mencengangkan yaitu juara All England 1978, 1979 dan 1981. Berikutnya emas Asian Games 1978, Piala Thomas 1976, 1979 dan 1984. Selain itu juara pada beberapa kejuaraan internasional seperti Indonesia Open.
Budi Hartono berharap kisah air mata King ini dapat menjadi inspirasi dan motivasi bagi para atlet saat ini agar tidak pernah menyerah berjuang dan berlatih keras demi meraih prestasi.
Namun sayang, pada HUT PB Djarum ke-50 tahun ini Liem Swie King tidak bisa hadir. Pemberian penghargaan legenda dari klub tempat ia bernaung akhirnya harus diwakilkan ke legenda yang lain.
Setelah King ada Kartono, Heryanto Saputra Hadiyanto, Hadibowo, Hastomo Arbi, Ivana Lie, Eddy Kurniawan, Aryono Minarat, Eddy Hartono, Rudy Gunawan, Minarti Timur, Alan Budi Kusuma, Denny Kantono, Ardy B Wiranata, Antonius Budi, Hariyanto Arbi, Sigit Budiarto, Luluk Hadiyanto hingga Liliyana Natsir.
Dengan modal prestasi yang ada, PB Djarum bertekad terus melahirkan atlet-atlet potensial seperti yang disampaikan oleh Program Director Bakti Olahraga Djarum Foundation Yoppy Rosimin. Menurut dia, kapanpun dibutuhkan pihaknya siap.
"Saat ini 50 persen pemain timnas dari PB Djarum. Harapan kami terus ada peningkatan. Bisa saja 60 persen anak kita di sana," kata Yoppy Rosimin yang langsung disambut dengan meriah oleh atlet dan mantan atlet PB Djarum.
Yoppy menjelaskan program yang saat ini dikerjakan telah melahirkan lebih dari 5.000 atlet dari berbagai tingkatan. Dengan demikian, jika PP PBSI membutuhkan atlet PB Djarum siap memberikan. Bahkan, untuk mengetahui pontesi atlet, PB Djarum mengirim pemain ke kejuaraan internasional.
Khusus untuk level senior, PB Djarum masih banyak menempatkan pemainnya yang di antaranya adalah Tontowi Ahmad, Muhammad Ahsan hingga Kevin Sanjaya. Saat ini prestasinya juga tetap pantas dibanggakan.
"Saya memang sudah tidak lagi berpasangan dengan Cik Butet (Liliyana Natsir), tapi saya akan berusaha untuk kembali menjadi yang terbaik dengan pasangan baru (Winny Oktavina Kandow). Target saya bisa lolos Olimpiade 2020," kata Tontowi Ahmad.
Sementara itu Kabid Binpres PP PBSI Susy Susanti menyambut baik harapan PB Djarum. Namun yang saat ini menjadi pekerjaan rumah adalah melahirkan juara dari tunggal putri meski sebenarnya banyak potensi yang bisa diasah.
"Makanya kami memanggil Riony Mainaky dari Jepang. Dia akan duet dengan Minarti Timur khusus untuk melahirkan juara tunggal putri. Semoga tahun ini mulai lahir juara dari sektor tunggal putri," kata Susy Susanti.
PB Djarum hingga saat ini belum melahirkan pemain tunggal putri jika dibandingkan dengan tunggal putra, ganda putra dan putri maupun ganda campuran. Setelah Yuni Kartina, sebenarnya muncul pemain baru seperti Kristin Yunita hingga Maria Kristin. Namun, hingga saat ini belum muncul kembali juara baru.
Baca juga: Susy Susanti jadi "menantu" kesayangan PB Djar
Baca juga: Liliyana Natsir di mata mantan Menteri Hukum dan HAM
Baca juga: 50 tahun PB Djarum ajang temu kangen para legenda
Pewarta: Bayu Kuncahyo
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2019