Jakarta (ANTARA News) - Seorang praktisi bidang ekonomi minta pemerintah untuk menjalankan kebijaksanaan moneter yang makin berhati-hati karena harga minyak mentah dunia yang akan tetap tinggi akan mengakibatkan subsidi bertambah bagi pembelian BBM dan minyak mentah. "Kebijakan moneter haruslah lebih berhati-hati akibat meroketnya harga minyak mentah dunia," kata Direktur Utama Brankas Wealth Management Riza Wibawa di Jakarta, Selasa ketika menjelaskan tinjauan ekonomi dan pasar pada tahun 2008. Riza mengatakan konsumsi minyak mentah di tanah air pada tahun 2008 akan berkisar pada angka 1,5 juta barel/ hari. Sedangkan produksi minyak dalam negeri hanya mencapai 920.000 barel/sehinga kekurangan itu lebih dari 500.000 barel/ hari. "Akibatnya, kita harus menambah subsidi," kata Riza. Angka subsidi pada tahun 2007 yang mencapai Rp50 triliun diperkirakan akan melonjak menjadi tidak kurang dari Rp90 triliun pada tahun mendatang . Sekalipun pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan wakil Presiden Jusuf Kalla harus menghadapi tantangan yang sangat berat akibat melonjaknya harga minyak mentah tersebut, namun Brankas Wealth Management memperkirakan di lain pihak pemerintah bisa memperoleh keuntungan dengan terus melngeluarkan surat berharga. "Berbagai surat berharga pemerintah akan lebih menarik dijual ke pasar bagi para calon investor," kata Riza. Selain membahas lonjakan harga minyak, ia berpendapat bahwa kredit bermasalah di sektor perumahan di Amerika Serikat akan semakin memburuk, bahkan dampaknya akan lebih parah jika dibandingkan dengan depresi pada masa lalu. "Sub-prime mortgage (kredit perumahan rakyat di AS) dampaknya akan lebih buruk daripada yang pernah dialami akibat depresi," kata Riza. Selain itu tantangan yang akan dihadapi pula pemerintah Indonesia pada tahun mendatang adalah akan menurunnya kegiatan ekonomi dunia serta tertekannya pasar saham dan modal di AS. "Pasar saham di AS akan anjlok, serta akan terjadinya kelambanan kegiatan ekonomi dunia," kata Dirut Brankas Wealth Managemen((BWM) Riza Wibawa. Sekalipun Indonesia akan menghadapi berbagai tantangan yang tidak ringan, Riza tetap optimis bahwa dana dari luar negeri akan tetap mengalir secara drastis kesini terutama karena adanay perbedaan yang cukup besar antara BI rate dengan suku bunga yang ditetapkan Bank Sentral AS. "Kesenjangan antara suku bunga Fed Rate (Bank Sentral AS) dengan BI rate akan mendorong uang untuk tetap datang ke sini," kata Riza Wibawa.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007