Meskipun harga gas ekspor gas lebih tinggi, namun pemerintah tetap berkomitmen mendorong pemanfaatan gas untuk kebutuhan domestik
Jakarta (ANTARA) - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat alokasi gas bumi untuk domestik mengalami kenaikan rata-rata sebesar delapan persen per tahun, dengan porsi per 2018, sudah mencapai sekitar 60 persen.
"Sejak tahun 2014, pemanfaatan gas domestik untuk pertama kalinya lebih besar dari ekspor yaitu 53 persen. Dan, angka pemanfaatanya terus meningkat, yang pada tahun 2018 sudah sekitar 60 persen," kata Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM Ego Syahrial dalam keterangan resminya di Jakarta, Minggu.
Kementerian ESDM akan terus meningkatkan pemanfaatan gas bumi Indonesia untuk kepentingan domestik dibandingkan ekspor.
Ego mengungkapkan meskipun harga gas ekspor gas lebih tinggi, namun pemerintah tetap berkomitmen mendorong pemanfaatan gas untuk kebutuhan domestik.
Alokasi gas bumi untuk domestik sepanjang 2018 dimanfaatkan untuk berbagai sektor, mulai dari industri hingga jaringan gas kota (jargas).
Rinciannya, untuk gas alam cair atau LNG sebesar 6,03 persen, elpiji 2,3 persen, kelistrikan 12,78 persen, pupuk 10,94 persen, industri 25,25 persen, produksi siap jual (lifting) minyak sebesar 2,81 persen, dan jargas 0,05 persen.
Pemerintah akan menggenjot pembangunan jargas dengan tujuan memberikan akses energi seluas-luasnya kepada masyarakat, penghematan biaya bahan bakar, mengurangi beban subsidi elpiji, dan menghemat devisa negara.
Pemerintah menargetkan mulai 2020 akan membangun jaringan gas sebanyak satu juta sambungan rumah (SR) per tahun.
Sesuai rencana umum energi nasional (RUEN), target pembangunan jargas mencapai 4,7 juta SR pada tahun 2021 untuk memenuhi kebutuhan energi sektor rumah tangga.
Baca juga: ESDM: PGN siap dukung pembangunan 1 juta jaringan gas rumah tangga
Baca juga: PGN catatkan kinerja positif tahun 2018
Pewarta: Aji Cakti
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2019