Jakarta (ANTARA News) - Untuk mengatasi banjir yang bisa menggenangi ruas jalan tol menuju Bandara Soekarno-Hatta setiap kali terjadi air pasang, sebaiknya jalur jalan tol bandara itu diganti dengan jalan layang, khususnya di ruas yang berpotensi tergenang. "Kalau mahal itu sudah pasti. Tetapi coba kalau dibandingkan dengan kerugian yang dialami penumpang dan pihak penerbangan akibat banjir pasang seperti tadi malam? Jalan layang cukup di ruas yang potensial tergenang," kata Peneliti Geologi Teknik dari Puslit Geoteknologi LIPI, Dr Adrin Tohari, yang dihubungi di Jakarta, Selasa. Menurut dia, banyak dari ruas jalan tol bandara berada di bawah permukaan rawa, sehingga jika air rawa meluap tentu saja jalan tol akan tergenang. Pasang maksimum mungkin menyebabkan jebolnya tanggul dan membuat air meluap. "Untuk jangka panjang jalan layang memang paling efektif. Pondasinya bisa menggunakan pondasi dalam atau pondasi tiang bor yang harus menembus tanah keras di bawah endapan rawa," katanya. Alternatif lain, lanjut dia, harus banyak dibangun tanggul yang kuat dan tinggi, waduk penampungan atau drainase bawah tanah untuk mengalirkan air pasang tersebut kembali ke laut. Sedangkan untuk jangka pendek, karena genangan air tersebut lebih disebabkan faktor alam dan teknis, menurut dia, biarkan saja surut secara alami, namun di sisi lain juga harus ada jalur atau cara alternatif untuk mencapai bandara. Ditanya soal penggunaan pompa, menurut dia, pemompaan memang bisa dilakukan untuk menurunkan genangan air dengan mengerahkan sejumlah pompa berkemampuan besar seperti yang digunakan untuk membuang lumpur Sidoarjo, tapi masalahnya mau dibuang ke mana air tersebut sementara sedang terjadi pasang. Sementara itu, Peneliti pada Pusat Pemanfaatan Sains Antariksa Lapan, Dr Thomas Djamaluddin mengatakan posisi bulan saat ini baru saja melewati purnama dan masih berpotensi menyebabkan pasang tinggi. "Penyebab banjir ini tampaknya tanggul yang jebol. Satu hal yang perlu dikaji apakah pengembangan kawasan dekat pantai sudah memperhitungkan potensi pasang maksimum?" katanya dengan nada bertanya. Sebelumnya Adrin juga mengatakan, tol bandara selain berpotensi tergenang air di kala pasang, juga berpotensi amblas terkait dengan keberadaan lapisan tanah rawa dan muka air tanah yang sangat tinggi di sekitar jalan tersebut. "Karena jalan tol itu dibangun dengan menggunakan metode cakar ayam, di mana semua beban akan ditanggung oleh pondasi, jadi bila masih sering terjadi amblasan akibat beban lalu lintas, itu menandakan bahwa lapisan tanah di bawah badan jalan itu mengalami proses pemadatan akibat beban yang tidak sepenuhnya dapat ditanggung," katanya. Gempa besar, ujarnya, bisa membuat kondisi amblesan menjadi parah, karena itu metode perbaikan bisa dilakukan dengan menurunkan muka air tanah dengan metode pemompaan (pumping), atau membangun sistem drainase bawah permukaan untuk mengalir airtanah dangkal menjauhi badan jalan tol. (*)
Copyright © ANTARA 2007