Hanoi (ANTARA News) - Utusan Khusus Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) urusan Myanmar, Ibrahim Gambari, pada Senin di Hanoi menyatakan bahwa Vietnam, yang bergabung di Dewan Keamanan (DK) PBB untuk masa dua tahun sejak Januari 2007 dinilai dapat memainkan peran dalam menangani Myanmar. Gambari juga menyampaikan kepada Perdana Menteri (PM) Vietnam, Nguyen Tan Dung, pesan dari Sekretaris Jenderal (Sesjen) PBB, Ban Ki-moon, yang meminta Hanoi mendukung usaha badan dunia itu mengatasi kemelut di negara dulu bernama Birma tersebut. Pemimpin Vietnam, menurut Gambari, "Didengar oleh Myanmar, karena berada di antara negara paling dekat dengan Myanmar, di antara negara ASEAN." Myanmar selama ini termasuk salah satu dari sepuluh negara anggota Perhimpunan Bangsa Asia Tenggara (ASEAN). "Itu juga menyangkut tanggung jawab untuk menggunakan kedekatan dan keunggulan itu secara baik," katanya. Gambari menyatakan, Vietnam memunyai sejarah sendiri dalam berhubungan dengan masyarakat antarbangsa, membuka perekonomian dan bekerja dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa. "Kami pikir itu merupakan modal," katanya. Sesudah PM Myanmar baru-baru ini mengunjungi Hanoi, Gambari menyatakan, "Penting bagi saya untuk memberikan pandangan langsung Perserikatan Bangsa-Bangsa kepada pemimpin negara ini, bagaimana kami memahami keadaan dan jalan ke depan." Tujuannya, kata Gambari, "Adalah Myanmar demokratis, sejahtera, mapan, bersatu dan damai dengan penuh hormat pada hak asasi manusia." Gambari telah dua kali berkunjung ke Myanmar sejak penguasanya menumpas unjuk rasa mendukung demokrasi pada September 2007, saat pasukan menewaskan 15 orang dan menangkap sekitar 3.000 orang, sehingga memicu kecaman terhadap penguasa tersebut. Dalam perjalanan memanfaatkan sikap negara ASEAN terhadap penguasa Myanmar itu, Gambari juga menyatakan, mengharapkan kembali ke Myanmar sebelum ahir tahun ini untuk meneruskan pembicaraan dengan penguasa tersebut. "Dengan tulus, saya mengharapkan dapat pergi sebelum ahir tahun ini, karena ada sejumlah masalah, yang tertinggal di meja dan kami betul-betul ingin menindaklanjutinya," katanya. Gambari juga menyatakan tokoh demokrasi Myanmar Augn San Suu Kyi (62 tahun) bersemangat penuh dan sehat sekali saat ditemuinya, kendati menjalani 12 dari sebagian besar 18 tahunnya dalam tahanan rumah di kediaman mewahnya di tepi danau di Yangoon. Liga Bangsa untuk Demokrasi pimpinan Suu Kyi menang besar dalam pemilihan umum pada 1990, tapi penguasa militer negara itu tidak pernah mengakuinya. "Setiap kali saya berada di sana, ia tampak lebih baik. Ia bertenaga, khususnya saat lalu, akibat kemungkinan perubahan di Myanmar dan kesempatan berhubungan dengan pemerintahnya," katanya menambahkan. (*)

Pewarta:
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007