Oleh Askan Krisna Jakarta (ANTARA News) - Beberapa hari menjelang Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Annapolis, Amerika Serikat (AS), yang menjadi tempat perundingan Palestina dan Israel diprakarsai AS, muncul praduga buruk yang disiapkan untuk mengantisipasi jika perundingan itu gagal. Menteri Luar Negeri (Menlu) AS, Condoleezza Rice, pada Ahad (25/11) malam bertemu dengan para ketua tim perunding Israel dan Palestina di Washington, yakni Menlu Israel, Tzipi Livni, dan mantan Perdana Menteri (PM) Palestina, Ahmed Qurei, untuk mempersempit perbedaan-perbedaan berkaitan dengan dokumen bersama dalam perundingan perdamaian itu. Setelah perundingan Palestina-Israel vakum selama tujuh tahun, perundingan Annapolis, di Maryland, AS, diharapkan bisa menghidupkan kembali proses perdamaian Timur Tengah, dan membuahkan perjanjian yang menjamin merekahnya perdamaian di sana. Untuk sementara, mereka menyatakan, berusaha kuat untuk menghasilkan satu pernyataan bersama, yang menjadi dasar kehidupan bertetangga secara damai di antara pihak-pihak yang selama ini bermusuhan. Washington di penghujung pekan lalu melalui Penasehat Keamanan Nasional Gedung Putih, Stephen Hadley, mengatakan bahwa perundingan diharapkan melahirkan berdirinya negara Palestina dan perdamaian yang lebih luas. Hal itu berarti, perunding Palestina dan Israel harus melaksanakan kewajiban mereka berdasarkan "peta jalan" yang dirancang masyarakat internasional pada 2003. Menurut ketentuan itu, Israel harus "membuka jalan guna meredakan dan mengizinkan hidup yang lebih baik bagi rakyat Palestina dan lembaga yang dibuat Palestina guna mengelola Tepi Barat Sungai Jordan, serta menyediakan keamanan baik bagi rakyat Palestina maupun meningkatkan keamanan bagi Israel, serta wilayah itu secara keseluruhan". Aspek lain dari rencana perundingan tersebut ialah pembentukan berbagai lembaga Palestina dengan dukungan internasional, guna memberi Palestina "kemampuan untuk melaksanakan tanggungjawab mereka di dalam peta jalan". Untuk mendukung KTT itu, lebih dari 40 negara dan organisasi internasional diundang memberi dukungan bagi upaya perdamaian Palestina dan Israel. Masyarakat internasional berkesempatan untuk mendukung berdirinya pemerintah Palestina, lembaga politik dan ekonomi di Annapolis, serta konferensi donor yang akan digelar di Paris pada Desember. Sementara itu, Presiden Bush akan mengadakan pembicaraan bilateral di Gedung Putih dengan PM Israel Ehud Olmert dan Presiden Palestina Mahmud Abbas, sebelum mereka berpidato di Annapolis. Datang dan Tidak Undangan ke Annapolis mendapat tanggapan beragam dari kalangan negara-negara Arab. Menlu Arab Saudi, pekan lalu, mengatakan, dia akan menghadiri konferensi yang diharapkan mengakhiri konflik Palestina-Israel itu. AS menyambut keputusan Arab Saudi dan negara-negara Arab lainnya yang bermaksud hadir dalam pertemuan itu, dengan menyatakan "ini merupakan pertanda bahwa mereka percaya bahwa KTT ini pertemuan serius dan sangat penting." Tapi, Suriah, musuh bebuyutan Israel, mengatakan pihaknya akan datang ke Annapolis kalau KTT itu juga membahas Dataran Tinggi Golan, wilayahnya yang juga diduduki Israel sejak 1967. Menurut Damaskus, pihaknya mendapat isyarat bahwa AS telah sepakat untuk menempatkan Dataran Tinggi Golan dalam agenda konferensi, namun pihaknya belum yakin. Menlu Arab Saudi Pangeran Saud al-Faisal mengatakan, perdamaian memang perlu, namun hingga kini belum jelas, apakah konferensi perdamaian akan membahas masalah-masalah utama, seperti masalah perbatasan, keamanan, pemukiman, status Jerusalem dan nasib pengungsi Palestina, yang senantiasa dikalahkan dalam upaya-upaya penyelesaian konflik sebelumnya. Sebelumnya, terbetik berita bahwa para perunding Israel dan Palestina belum mencapai kesepakatan mengenai sebuah deklarasi bersama yang akan diluncurkan dalam konferensi. Edisi online harian Israel Haaretz mengatakan bahwa kedua pihak melakukan negosiasi "sungguh-sungguh" mengenai dokumen yang dimaksud, namun kesepakatan belum tercapai. Padahal, deklarasi bersama itu akan menjadi landasan bagi pembukaan kembali perundingan perdamaian yang macet. Presiden Mesir Hosni Mubarak dan Raja Jordania Abdullah serta Presiden Palestina Mahmud Abbas, Kamis, mengadakan pertemuan untuk mengoordinasikan sikap mereka menjelang KTT itu. Pembicaraan itu membahas antara lain "persoalan-persoalan yang dianggap bisa mengganggu perundingan" dan mereka "berusaha untuk mengulurkan bantuan kepada pihak Palestina dan Israel." Belum jelasnya materi-materi pembahasan juga membuat sejumlah negara Arab menunggu perkembangan, dengan kemungkinan, mereka akan mengirimkan pejabat tingkat menteri luar negeri atau bahkan yang lebih rendah. Apalagi, dari siaran Radio Israel, Menhan Israel Ehud Barak menegaskan kembali bahwa perjanjian akhir tidak akan dilaksanakan sampai Palestina melakukan tindakan keras terhadap militan seperti menurut "peta jalan" perdamaian yang didukung AS pada 2003. Beberapa saat sebelum KTT Annapolis itu dibuka, pasukan militer Israel masih menembaki beberapa warga Palestina di kota Gaza. Raja Yordania Abdullah II dan Presiden Palestina Mahmud Abbas dalam pertemuan terakhir berusaha mendorong kesatuan sikap Arab untuk mendukung Palestina. Dalam pernyataan seusai pertemuan, kedua pemimpin menegaskan pentingnya "sikap Arab Raya" yang mendukung Palestina di Annapolis. Dalam hal ini, para pemimpin Arab memperjelas bahwa masalah inti yang perlu diselesaikan di Annapolis adalah masalah Yerusalem, pengungsi, permukiman, dan perbatasan. Raja Abdullah II, yang juga bertemu dengan Presiden Mesir Hosni Mubarak, mendesak Israel memasuki perundingan serius dengan Palestina dan mengambil sikap positif yang diperlukan untuk mencapai penyelesaian yang bisa bertahan atas konflik Arab-Israel. Dari sekitar 40 negara, Pemerintah AS memasukkan Indonesia dalam daftar undangan ke konferensi Annapolis yang akan berlangsung di Akademi Angkatan Laut AS, di Annapolis, Maryland, 27 November. Konferensi itu akan menghadirkan PM Israel Ehud Olmert, Presiden Palestina Mahmud Abbas, anggota Kwartet Timur Tengah, Komite Pelaksana Liga Arab, G-8, Anggota Tetap Dewan Keamanan PBB, dan tokoh-tokoh kunci internasional lainnya. Presiden Bush serta pemimpin Israel dan Palestina akan berpidato pada pembukaan resmi konferensi di Annapolis tersebut. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007