Surabaya (ANTARA News) - "Tropical Disease Center" (TDC) Universitas Airlangga (Unair) Surabaya kini memiliki laboratorium Avian Influenza (AI) atau Flu Burung berskala internasional yang merupakan hibah dari pemerintah Jepang. Laboratorium dengan peralatan "Biosafety Level-3" (BSL-3) itu, diserahterimakan deputi di Kementerian Pendidikan, Budaya, Olahraga, dan Iptek (MEXT) Jepang, Fujiki Kanji, di gedung TDC Unair Surabaya, Senin. Alat canggih BSL-3 itu diterima wakil Menko Kesra Dr Ir Bayu Krisna Murthi dengan disaksikan direktur Pusat Riset Medis (ICMRT) dari Universitas Kobe Jepang, Prof Hak Hotta MD PhD dan Direktur TDC Unair Prof Dr Yoes Prijatna Dachlan MD MSc. "BSL-3 yang memiliki teknologi canggih berbasis DNA itu merupakan hibah pemerintah Jepang untuk menindaklanjuti kerjasama riset TDC Unair dengan Pusat Riset Medis Universitas Kobe Jepang selama ini," kata Prof Dr Yoes Prijatna Dachlan MD MSc. Didampingi direktur Pusat Riset Medis (ICMRT) dari Universitas Kobe Jepang, Prof Hak Hotta MD PhD, ia mengemukakan peralatan laboratorium BSL-3 itu senilai Rp15 miliar dari total hibah Rp100 miliar untuk 5-6 tahun mendatang. "Alat itu dikirim langsung dari Jepang dengan fokus penelitian Flu Burung, karena penularan Flu Burung di Indonesia tergolong tinggi di dunia. Namun tidak menutup kemungkinan akan dikembangkan untuk penelitian penyakit tropis lain," katanya. Selain itu, alat yang memiliki tingkat keamanan relatif tinggi dari kontaminasi virus Flu Burung itu dapat mengidentifikasi virus Flu Burung dan menemukan model pencegahan sehingga vaksin untuk pengobatan juga dapat ditemukan. Menurut direktur Pusat Riset Medis (ICMRT) dari Universitas Kobe Jepang, Prof Hak Hotta MD PhD, dengan adanya BSL-3 di TDC Unair maka penelitian tentang Flu Burung dapat dilakukan di Indonesia. "Kalau pun perlu dibawa ke luar negeri hanya bersifat re-konfirmasi. Namun, laboratorium yang ada memang tidak perlu dibandingkan dengan apa yang ada di Hongkong, sebab penelitian di Hongkong memang lebih awal karena virus Flu Burung itu memang berawal dari sana," katanya menambahkan. Selain itu, katanya, kerja sama riset untuk tahap awal akan dilakukan dalam tiga tahun dengan menempatkan empat peneliti Flu Burung dari Universitas Kobe Jepang untuk mendampingi empat peneliti Flu Burung Unair. Secara terpisah, koordinator proyek kerjasama riset Unair-Kobe dari Unair, Dr Choirul Anwar Nidom mengatakan, model pencegahan virus Flu Burung dapat ditelusuri dengan BSL-3, karena BLS-3 juga dapat menelusuri model penularannya. "Kuncinya itu, menemukan model penularan. Kalau model penularannya dapat ditemukan, maka model pencegahannya akan lebih mudah dilakukan, apalagi ada mesin pengurai data DNA virus dan mesin penentu jumlah virus yang menginfeksi korban," katanya menjelaskan. Peneliti Flu Burung dari TDC Unair Surabaya itu mengaku, peralatan dari Jepang itu sangat penting, karena jumlah penderita Flu Burung di Indonesia cukup tinggi, yakni 90 penderita. "Ke-90 penderita Flu Burung itu berasal dari Jabar, Jakarta, Tangerang, dan Jambi. Sedangkan dari Jatim masih nol, namun tidak menutup kemungkinan ada, karena unggas di Jatim juga seperti unggas di Indonesia yang tidak dikontrol pemerintah," katanya. Dengan hibah alat BSL-3 itu, lanjutnya, TDC Unair akan menjadi salah satu Pusat Penelitian Flu Burung di dunia yang akan dimanfaatkan untuk penelitian Flu Burung di negara-negara selatan mulai dari Afrika hingga Amerika Latin.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007