Mataram (ANTARA News) - Gempa bumi di Bima dan Dompu, Nusa Tenggara Barat (NTB), sejak Senin (26/11) tengah malam, mengakibatkan ambruknya ratusan rumah ambruk dan dirawatnya ratusan korban akibat luka berat dan ringan.Gampa Kuat tersebut bahkan dikabarkan merenggut dua korban jiwa. Informasi yang dihimpun ANTARA dari Bima dan Dompu di Mataram, Senin, menyebutkan ratusan rumah ambruk karena gempa bumi pertama pada pukul 00.02 Wita berkekuatan 6,7 pada skala Richter (SR) dengan tingkat kerusakan pada IV-V MMI itu, kebanyakan di Desa Lasi, Kecamatan Kilo, Kabupaten Dompu. Berdasarkan data Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG), gempa tersebut merupakan gempa tektonik yang berpusat di 8.27 derajat Lintang Selatan (LS)-118.35 derajat Bujur Timur (BT), dengan kedalaman 50 kilometer barat laut Raba Bima. Pimpinan Umum/Pimred Bima Ekspres, H. Khairudin, ketika dihubungi menyebutkan banyak rumah di Kota Dompu rusak dan puluhan orang mengalami luka ringan. Mereka dirawat di RSUD Dompu dengan rincian 11 orang luka ringan, dua orang dioperasi dan tiga lainnya luka berat. Seorang bocah warga Kecamatan Kilo, Anang (5), dilaporkan meninggal dunia, data lainnya Tamsil, warga Montabaru siswa SMAN 1 Woja, mengalami patah kaki, karena tertimpa tembok. Selain itu, seorang penjaga bengkel Padolo Motor meloncat dari lantai dua dan dilaporkan sedang dioperasi. Gempa cukup besar dan sempat terjadi empat gempa susulan membuat warga ketakutan dan berhamburan keluar rumah dan banyak warga masih belum berani masuk rumah. Gempa susulan berkekuatan kecil terjadi dua kali hingga menjelang dinihari. Sejumlah warga malah ada yang memilih tidur di luar rumah karena tidak mau berisiko apabila terjadi gempa susulan. "Bisa saja saat kita tidur gempa yang lebih keras muncul lagi, lebih baik begadang semalaman," kata seorang warga Rasanae Barat. Sementara itu, di Bima kerusakan dilaporkan terlihat di Jalan Soekarno-Hatta depan rumah Wakil Walikota Bima, H. Umar H Abubakar, mulai dari Hotel Parewa hingga jalan masuk menuju Ponpes Al-Husyaini retak sepanjang sekitar 50 meter. Khusus di Bima hingga tadi malam, korban baru diidentifikasi satu orang yakni penyiar Flamboyan FM, Bimo yang meloncat dari lantai dua, karena panik. Menurut Yanuar, penanggungjawab radio tersebut, Bimo meloncat dari ketinggian sekitar lima meter dan terlihat tergeletak di jalan. "Dia tak dapat berdiri dan sudah dibawa di RSUD Bima," katanya di Tolomundu. Wakil Walikota Bima, H. Umar H Abubakar, yang dihubungi media setempat mengaku telah mengelilingi wilayah kota dan belum ada laporan kerusakan berarti yang diterimanya, malah di wilayah Raba, guncangan sedikit lemah dan tak banyak warga keluar rumah. Para peserta Pelatihan Penilaian Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di Hotel La Ila dan Parewa sempat berhamburan karena gempa tersebut.Lari ke tempat tinggi Warga di sekitar laut berhamburan akibat dicekam panik. Sejumlah warga Desa Bugis, Kecamatan Sape, sempat mengungsi ke daerah yang lebih tinggi, karena air laut agak naik dan meluber pada badan jalan. Camat Sape, Syafrudin Daud, mengaku hingga tadi malam belum ada laporan kerusakan yang diterima, sejumlah aparat desa terus waspada dan melaporkan kejadian di wilayahnya masing-masing. "Warga tidak terlalu panik, cuma melihat air laut naik sebelum gempa terjadi dikiranya akan terjadi tsunami," katanya. Gempa juga dilaporkan menguncang wilayah Sumbawa dan sekitarnya, bahkan terasa hingga ke Pulau Lombok meski intensitasnya rendah. Warga Tanjung dan Melayu banyak mengungsi ke pegunungan, mereka khawatir air pasang bahkan sempat beredar isu tsunami. Sultan, warga RT-9/RW-4 Kelurahan Melayu, mengaku sesaat setelah gempa langsung mengungsi ke pegunungan. Sementara di RSUD Bima, ada dua korban yang dirawat yakni Bimo (29) dan Yani (24) karena panik dan lompat dari lantai dua, sejumlah pasien yang dirawat di RSUD Bima sempat lari keluar ruangan perawatan. (*)

Copyright © ANTARA 2007