Jakarta (ANTARA News) - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Jakarta (BEJ) pada pekan depan berpeluang menguat, setelah pekan sebelumnya banyak yang melepas untuk merealisasikan keuntungan.
"Setelah mengalami tekanan jual, indeks BEJ berpeluang untuk naik pada pekan depan," kata Analis Riset PT BNI Securities, M Alfatih, kepada ANTARA di Jakarta, akhir pekan ini.
Menurut Fatih, kenaikan indeks diperkirakan masih pada kisaran level 2.600.
"Masih pada kisaran 2.600, dimana level `resistance` berada di 2.600-2.660 dan `support` di 2.500," tambahnya.
Sentimen yang bisa mendorong indeks BEJ adalah mulai positifnya saham Indosat (ISAT) yang terdorong hasil kinerja pada sembilan bulan pertama membaik.
"Sebelumnya ISAT menjadi sentimen negatif atas keputusan KPPU (Komite Pengawasan Persaingan Usaha) yang menyatakan bersalah kepada Temasek, namun kemudian terimbangi dengan kinerjanya yang membaik dan adanya rumor kalau Temasek mau melepas saham ISAT, harganya akan dinaikkan dulu," katanya.
Dia juga mengungkapkan, saham-saham sektor pertambangan dan perkebunan masih akan mendorong indeks karena ditopang oleh harga minyak dan komoditi di pasar internasional.
Pada pekan ini IHSG ditutup di 2.584,347 atau mengalami penurunan sebesar 84,357 poin (3,16 persen) dibanding penutupan pada pekan sebelumnya di 2.668,704 .
Sedangkan indeks LQ45 kelompok 45 saham unggulan ditutup menguat 35,160 poin (5,87 persen) menjadi 563,601 dibanding pada pekan sebelumnya yang berada di posisi 598,761.
Penurunan indeks BEJ pada pekan ini lebih disebabkan keputusan KPPU yang memutuskan Temasek bersalah atas kepemilikan silang di Indosat dan anak perusahaan Telkom, Telkomsel.
Temasek dianggap melanggar undang-undang anti monopoli, sehingga menekan kedua saham telekomunikasi ini turun tajam.
Selain itu, anjloknya indeks BEJ ini lebih mengikuti pergerakan bursa global,karena tekanan harga minyak dunia yang di atas 99 dolar AS per barel serta belum hilangnya dampak krisis `subprime mortgage`.
Kepanikan pasar saham global terhadap harga minyak yang hampir menyentuh 100 dolar AS per barel menjadi pemicu terkoreksinya indeks BEJ pada pekan ini. (*)
Copyright © ANTARA 2007