Jakarta (ANTARA) - Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan merespons soal tim gabungan bentukan Polri yang mendatangi gedung KPK untuk menyampaikan perkembangan terkait pengungkapan kasus penyerangannya.
"Saya sempat ditanya tentang komitmen mau memberikan keterangan dan kembali lagi saya katakan saya ingin komitmen ini lebih dahulu disampaikan oleh tim gabungan dari yang dibentuk Pak Kapolri untuk mau mengungkap yang serangan-serangan terhadap KPK lainnya," kata Novel di gedung KPK, Jakarta, Jumat.
Hal tersebut dikatakannya usai bertemu dengan Manajer Tim Advokasi Amnesti Internasional untuk wilayah Asia Pasifik Francisco Bencosme yang ingin membantu proses penyelidikan independen pengungkapan kasusnya.
"Kalau hanya dilakukan investigasi yang sifatnya sekadarnya saja saya kira percuma. Kita ingin komitmen yang jelas kalau pun ada tim gabungan ya tim gabungan yang mandatnya kuat, kalau tim gabungan dari Pak Kapolri saya tidak yakin itu mandatnya kuat," tuturnya.
Sebelumnya, tim gabungan bentukan Polri di gedung KPK, Jakarta, Rabu (24/4) menyampaikan beberapa perkembangan yang sudah dikerjakan untuk mengungkap kasus penyerangan Novel itu.
"Jadi, 'progress' kerja, proses kerja antara lain kami melakukan reka ulang terhadap TKP, pemeriksaan terhadap saksi-saksi baik saksi lama maupun yang baru, pemeriksaan tambahan, pemeriksaan ulang juga, dan juga pemeriksaan terhadap saksi-saksi ahli," anggota tim gabungan bentukan Polri Hendardi.
Selain Hendardi yang juga Ketua Setara Institute itu, anggota tim gabungan bentukan Polri yang turut hadir, yakni mantan Ketua Komnas HAM Nur Kholis, ahli hukum pidana Indriyanto Seno Adji, anggota Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) Poengky Indarti, dan Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden Ifdhal Kasim.
Mereka ditemui oleh dua pimpinan KPK masing-masing Saut Situmorang dan Laode M Syarif.
Terkait hal itu, Novel mengaku belum mendapatkan informasi apa-apa.
"Ya saya belum mendapat apakah tim ini sudah bekerja bagus atau tidak tetapi kok rasanya saya tidak mendapatkan informasi apa-apa," kata Novel.
Sementara itu, Ketua Wadah Pegawai KPK Yudi Purnomo mengatakan bahwa sejak awal pihaknya meminta dibentuknya Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) oleh Presiden Joko Widodo.
Namun, kata dia, Wadah Pegawai tetap menghormati para pakar yang berada dalam tim bentukan Polri tersebut.
"Namun, sebagai bukti interlegalitas dan interkualitas para pakar ini jika ternyata bahwa kasus tersebut sangat berat untuk diungkap maka kami menyarankan agar beliau-beliau untuk mundur saja sehingga harapan kami bahwa Tim Gabungan Pencari Fakta yang sudah kita suarakan dari awal kasusnya Bang Novel itu dibentuk oleh Presiden," kata Yudi.
Novel Baswedan diserang oleh dua orang pengendara motor pada 11 April 2017 seusai sholat subuh di Masjid Al-Ihsan dekat rumahnya.
Pelaku menyiramkan air keras ke kedua mata Novel sehingga mengakibatkan mata kirinya tidak dapat melihat karena mengalami kerusakan yang lebih parah dibanding mata kanannya.
Pewarta: Benardy Ferdiansyah
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2019