Bandung (ANTARA News) - Menteri Kebudayaan dan Pariwisata (Menbudpar), Jero Wacik, meminta pengawasan dan pengamanan benda-benda purbakala di museum diperketat untuk mencegah terjadinya pencurian. "Sistem pengamanan museum perlu ditingkatkan lagi, jangan sampai kasus raibnya situs atau benda purbakala terjadi lagi di masa mendatang," kata Menbudpar di Bandung, Sabtu. Ia menyebutkan, kasus raibnya arca dari museum di Solo harus menjadi contoh bagi pengelola museum dan situs lainnya di Indonesia. Salah satunya dengan memberikan nomor register dan melakukan inventarisasi secara intensif dan rutin. Menbudpar menyebutkan, nilai situs bersejarah itu cukup tinggi dan mahal. "Bila ada yang mencurigai adanya transaksi jual beli benda-benda purbakala, cepat laporkan kepada aparat terkait. Hal itu harus dicegah," katanya. Hilangnya benda purbakala itu tidak akan tergantikan. Diakuinya situs dan benda-benda purbakala masih banyak yang tersebar dan belum dieskavasi. Ia berharap masyarakat yang menemukan benda-benda purbakala yang bernilai sejarah secara sukarela menyerahkan temuan mereka kepada pemerintah. Sementara itu terkait kasus jual beli dan pemalsuan patung dari Museum di Solo, menurut Jero Wacik kasusnya sudah diserahkan kepada aparat kepolisian. "Pengamanan di museum itu tidak bisa dianggap remeh karena banyak bernilai tinggi di sana, kasus itu harus menjadi pelajaran bagi yang lain," katanya. Sementara itu Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Barat, HI Budhiyana mengatakan, saat ini 13 museum purbakala di lingkungan Disbudpar Jabar ditingkatkan pengamanannya. "Dengan kasus di Solo pengawasan dan pengamanan museum di Jabar ditingkatkan. Di Jawa Barat belum pernah terjadi kasus pencurian di museum," katanya. Ia menyebutkan, di Jawa Barat terdapat sekitar 6.000 jenis benda purbakala mulai dari gerabah, arca, senjata peninggalan kerajaan tempo dulu, mahkota, perhiasan emas serta berbagai benda peninggalan bersejarah lainnya. "Sebagian benda purbakala masih ada yang dikuasai oleh perorangan, namun sudah terdata, termasuk sejarahnya," kata Budhiyana.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007