Serang (ANTARA News) - Gempa Gunung Anak Krakatau (GAK) di perairan Selat Sunda, Provinsi Lampung, memasuki hari ke-31 mulai mengalami penurunan dan diperkirakan Desember 2007 nanti statusnya menjadi waspada bahkan relatif normal. Berdasarkan frekuensi kegempaan Anak Krakatau sepanjang Jumat (23/11) mengalami penurunan hingga mencapai 580 kali, padahal hari sebelumnya Kamis (22/11) tercatat sebanyak 607 kali kegempaan. Oleh karena itu, diharapkan sepanjang Sabtu (24/11) siang juga relatif menurun karena saat ini intensitas letusan dan kegempaan baru tercatat sekitar 200 kali bahkan kemunculan interval 15-25 menit. "Mudah-mudahan pekan depan aktivitas Anak Krakatau berubah status menjadi waspada atau relatif normal, karena letusan tahun 2001 hanya berlangsung sebulan," kata Evrita Lusia, Tim Peringatan Dini di Pos Pemantauan GAK di Desa Pasauran, Pantai Anyer, Sabtu. Walau terjadi penurunan kegempaan Anak Krakatau, namun statusnya masih siaga level III dan belum dicabut oleh Pusat Vulkanologi dan Migitasi Bencana Geologi (PVMBG), Bandung, Jawa Barat. Pengunjung dan nelayan tetap tidak diperbolehkan mendekati kawasan titik letusan gunung, karena berbahaya terkena lontaran batu pijar dan gas beracun. Sewaktu-waktu lontaran batu bisa mencapai radius 3 Km dari tititk semburan gunung. Pada tahun 2001, seorang warga Prancis meninggal dunia setelah terkena lontaran batu pijar, padahal waktu itu diberlakukan status siaga level III akibat aktivitas Anak Krakatau. Ia mengatakan, hingga saat ini letusan dan kegempaan Anak Krakatau terus berlanjut, bahkan sepanjang Sabtu erupsi asap terlihat di Pos pengamatan di Desa Pasauran, Kecamatan Cinangka, Kabupaten Serang, terlihat jelas mencapai 600 meter. Namun, letusan Anak Krakatau tidak seganas seperti terjadi pada "Ibunya" tahun 1883 yang menewaskan 36.000 lebih warga di sekitar Pantai Provinsi Banten dan Lampung. Sebab, saat ini Anak Krakatau hanya ketinggian 315 meter. Sedangkan Krakatau tahun 1883 mencapai 2.000 meter lebih. Oleh sebab itu, lanjut Evrita, letusan dan kegempaan Anak Krakatau kecil kemungkinan dapat menimbulkan tsunami. Petugas pemantauan GAK di Desa Pasauran, Kecamatan Cinangka, Kabupaten Serang, Sabtu, sekitar pukul 00.00 hingga 06.00 WIB, terjadi sebanyak 74 kali letusan, kegempaan vulkanik A (dalam) 5 kali, vulkanik B (dangkal) 12 kali, tremor 23 kali, dan gempa hembusan sebanyak 27 kali. Sejauh ini perkembangan letusan dan kegempaan Anak Krakatau masih fluktuatif dan tidak membahayakan bagi warga sepanjang pantai Provinsi Banten dan Lampung. (*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007