Surabaya (ANTARA) - Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengunjungi keluarga dari dua anggota Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) yang sempat mengalami sakit hingga meninggal dunia pada saat bertugas di Pemilu 2019.
"Nanti untuk masalah sekolahnya itu kirim surat ke camat atau ke lurah ya, biar nanti kita bantu untuk sekolahnya ini, yang sabar sayang ya," kata Wali Kota Risma kepada anak almarhum Thomy Heru Siswantoro, anggota KPPS TPS 19 Pacar Keling di sela-sela kunjungannya, Kamis.
Risma bersama rombongan pertama kali mendatangi rumah duka almarhum Thomy Heru Siswantoro di Jalan Karang Gayam Teratai No. 24 Surabaya. Thomy merupakan anggota KPPS TPS 19 Kelurahan Pacar Keling Kecamatan Tambaksari Surabaya. Almarhum Thomy merupakan satu dari empat petugas KPPS di Surabaya yang meninggal dunia diduga kelelahan saat menjalankan tugas.
Pada kunjungannya pertama itu, ia sempat mengobrol bersama ketua KPPS setempat, beserta istri dan anak almarhum Thomy. Secara langsung, Wali Kota Risma menyampaikan ucapan belasungkawa kepada istri almarhum dan memberikan santunan kepada keluarga yang ditinggalkan.
Terlihat, Wali Kota Risma ikut prihatin dan sedih atas musibah yang dialami keluarga Thomy. Ia pun tak tega melihat anak yang ditinggalkan almarhum yang masih berstatus pelajar sekolah. Ia lantas memberikan dorongan semangat kepada keluarga yang ditinggalkan agar tabah dan sabar dalam menjalani cobaan.
Wali Kota Risma mengaku sangat prihatin dan sedih atas meninggalnya petugas KPPS saat menjalankan tugas. Kendati demikian, ia menegaskan, pihaknya telah menginstruksikan kepada jajaran Dinas Kesehatan (Dinkes) Surabaya untuk berputar mengontrol kesehatan seluruh petugas KPPS dan Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK ) di Surabaya.
"Sekarang kita lagi turun, kita berputar, kita kontrol semua petugas KPPS, PPK dan kecamatan untuk kita cek semua kesehatannya," ujarnya.
Terlebih, Wali Kota Risma juga mengaku pihaknya telah melakukan komunikasi dengan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Surabaya untuk mengetahui aturan terkait pekerjaan petugas KPPS. Ia menyebut, jika petugas KPPS atau PPK mengalami kondisi kurang sehat atau lelah, bisa digantikan dengan petugas yang lain.
"Saya sudah konsultasikan dengan KPU boleh itu digantikan. Jadi kalau petugasnya KPPS itu ada lima, bisa ganti satunya, jangan dipaksakan," katanya.
Tak hanya itu, bahkan ia menegaskan, pihaknya akan terus memantau selama pelaksanaan rekapitulasi surat suara Pemilihan Umum (Pemilu) yang masih berlangsung di Surabaya. "Nanti kita semua pantau, seperti bapak ini kan tidak masuk rumah sakit, tapi tiba-tiba kejadian seperti ini, jadi semua kita pantau," katanya.
Dalam kunjungan selanjutnya, Wali Kota Risma bersama jajaran kemudian mendatangi rumah keluarga Sunaryo di Jalan Kapas Madya Barat 9/38 Surabaya. Almarhum Sunaryo merupakan Ketua KPPS TPS 13 Kelurahan Kapas Madya Barat, Kecamatan Tambaksari Surabaya. Hal yang sama juga dilakukan Wali Kota Risma, ia mengucapkan belasungkawa dan memberikan santunan kepada keluarga yang ditinggalkan.
Ia mengimbau kepada seluruh petugas KPPS, PPK ataupun kecamatan, jika sudah tak sanggup bekerja atau kondisi lelah agar tidak dipaksakan. Wali Kota Risma tak ingin jika ada lagi petugas KPPS atau PPK di Surabaya yang sampai mengalami kondisi sakit, bahkan meninggal dunia akibat kelelahan saat menjalankan tugas.
"Saya ingin sampaikan kalau emang kondisinya itu (sakit) saya minta pergi ke rumah sakit, kalau yang barat bisa ke (Rumah Sakit) BDH atau ke Puskesmas atau ke RSUD Soewandi. Yang kedua, kalau memang sudah tidak kuat, jangan dipaksakan," katanya.
Data Bangkesbangpol Linmas Kota Surabaya menyebutkan ada empat orang petugas KPPS di Surabaya meninggal dunia diduga kelelahan usai menjalankan tugas. Mereka adalah Sunaryo (58), Ketua KPPS TPS 13 Kelurahan Kapas Madya Baru Kecamatan Tambak Sari, Thomy Heru Siswantoro anggota KPPS TPS 19 Kelurahan Pacar Keling Kecamatan Tambak Sari, Badrul Munir anggota KPPS TPS 19 Kelurahan Kedung Baruk Kecamatan Rungkut, dan Hariono (36) Linmas TPS 45 Kelurahan Kandangan Kecamatan Benowo.
Pewarta: Abdul Hakim
Editor: Yuniardi Ferdinand
Copyright © ANTARA 2019