Klaten (ANTARA News) - Memasuki musim hujan, masyarakat di wilayah Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah meningkatkan kewaspadaannya terhadap bahaya Merapi yang akhir-akhir ini meluncurkan awan panas dengan jarak luncur sekitar 2 kilometer dari puncak gunung berketinggian 2.965 meter di atas permukaan laut (MDPL).
"Kami terus melakukan antisipasi sedini mungkin karena musibah datang secara tiba-tiba, apalagi guguran lava (material vulkanik) dari puncak Gunung Merapi pada Selasa (20/11) ke arah lereng selatan terjadi secara beruntun sehingga warga di daerah ini harus meningkatkan kewaspadaannya," kata Jumino, warga Kemalang, Klaten, Sabtu.
Tidaklah berlebihan jika masyarakat yang berada di wilayah Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten itu terus meningkatkan kewaspadaannya terhadap bahaya Merapi, apalagi kecamatan ini merupakan salah satu daerah yang masuk wilayah bahaya Merapi, katanya.
Menurut Masiyo, warga Kemalang lainnya, saat Merapi meluncurkan awan panas pada hari Selasa, belum membahayakan bagi warga di wilayah kecamatan ini.
Meskipun belum membahayakan, warga setempat terus meningkatkan kewaspadaannya.
"Hal ini kita lakukan karena datangnya bahaya yang ditimbulkan dari longsoran lahar dingin, awan panas (wedus gembel), dan hal-hal yang terkait dengan erupsi Gunung Merapi secara tiba-tiba," kata Jumino.
Menurut mereka, pihak Pemkab Klaten melalui Kantor Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat (Kesbanglinmas) setempat telah melakukan sosialisasi penanggulangan terhadap bencana Gunung Merapi di kecamatan ini.
Pada sosialisasi tersebut, warga setempat diberikan materi bagaimana cara menyelamatkan diri, mengantisipasi bahaya lahar dingin, awan panas, dan hal-hal yang terkait dengan erupsi Merapi.
Dengan adanya sosialisasi itu, apabila Gunung Merapi bergejolak, terjadi erupsi dengan skala tinggi bisa ditekan korban seminimal mungkin.
Menurut Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta Subandriyo, saat ini pihaknya masih melakukan evaluasi terhadap kondisi Merapi yang Selasa lalu meluncurkan lahar dingin.
"Dugaan sementara guguran lava yang terus menerus itu hanya aktivitas permukaan saja, dan saat terjadi luncuran lava tidak terjadi gempa vulkanik di gunung tersebut," katanya.
Menurut dia, guguran lava yang terus menerus dari puncak gunung tersebut kemungkinan karena suhu di puncak panas sehingga timbunan material vulkanik yang sudah mulai diguyur hujan sejak beberapa pekan terakhir ini merekah dan terjadi pelepasan material atau longsor, kemudian berguguran.
Ia menyebutkan kubah lava (timbunan material vulkanik) di puncak Merapi saat ini volumenya lebih dari 1.000.000 meter kubik.
Status aktivitas vulkanik gunung setinggi 2.965 mdpl di perbatasan wilayah Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta itu sejak 12 November diturunkan statusnya dari "waspada" menjadi "aktif normal".
Dalam dua hari terakhir, menurut Subandriyo, guguran lava dari puncak Merapi terus meningkat. Arah luncuran guguran lava tersebut sebagian besar ke hulu Sungai Gendol di lereng selatan. (*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007