"Mereka takut tanah di tempat tinggalnya masih labil, sehingga mereka memilih mengungsi di kapal kursen dan pelabuhan setempat," kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Kotabaru H Ahmadi Jaya melalui Kasi Kedaruratan dan Logistik Saparudin Syukur di Kotabaru, Kamis.
Dikatakan, sebagian besar rumah warga berada di lereng-lereng pegunungan di Pulau Matasirih, sehingga disaat curah hujan tinggi tanahnya labil, dan bisa mengakibatkan tanah longsor.
Masyarakat merasa lebih aman, apabila berada di daerah poelabuhan atau berdiam di kapal kursen yang biasa digunakan untuk menangkap ikan.
Dalam peristiwa tanah longsor yang terjadi pada Rabu (24/4) akibat curah hujan tinggi itu mengakibatkan dua warga setempat diduga tertimbun material longsor, yakni Hikmah (25) ibu dan anaknya Dea (enam bulan).
Selain menelan dua korban meninggal dunia yang merupakan ibu dan anak, tanah longsor di Matasirih juga mengakibatkan 15 kepala keluarga terkena dampak, terdiri dari Desa Teluk Sungai 10 KK dan dari Desa Labuhan Barat lima KK.
Tim gabungan yang terdiri dari anggota Koramil, Polsek, petugas lain dan masyarakat bekerja saling bahu membahu untuk melakukan pencarian korban meninggal dan korban luka.***3***
Pewarta: Imam Hanafi
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2019