"Kami lakukan seruan itu," kata Ketua KPU DKI Jakarta, Betty Epsilon Idroos, saat ditemui di ruang kerjanya, Kamis. Pemilu 2019 kali ini menelan korban 119 jiwa petugas KPPS/PPS ataupun polisi. Jumlah itu masih harus ditambah ratusan dari mereka yang dirawat di rumah sakit, keguguran, dibegal, dan lain sebagainya.
Ia mengatakan, hari ini mereka akan melaksanakan rapat untuk memastikan apakah yang dilakukan shalat gaib atau menggelar doa bersama.
Namun yang pasti seruan dari KPU akan ditindaklanjuti KPU DKI, walau belum diputuskan apakah melaksanakan shalat atau doa bersama. "Rapat ini kami putuskan," kata dia.
Ia mengatakan, terdapat empat petugas KPPS di wilayah DKI Jakarta yang meninggal dunia dan 28 orang lainnya sakit pasca pelaksanaan pemungutan suara Pemilu 2019.
Menurut dia, jumlah itu belum bisa dibandingkan dengan pelaksanaan Pemilu 2014 lalu apakah lebih banyak atau sedikit petugas KPPS yang meninggal dan sakit. "Pada Pemilu 2014 kami belum mencatat dan belum ada laporannya kami terima," ujar dia.
Ia merinci anggota KPPS yang meninggal dunia, yakni Rudi Mulya Prabowo diPisangan Baru Jakarta Timur, Sopian (KPPS Kelurahan Krendang, Jakarta Barat), Tutung Suryadi (Kelurahan Tangki, Tamansari, Jakarta Barat), dan Muhammad Taufik (KPPS Pegadungan, Kalideres, Jakarta Barat).
"Empat orang yang meninggal itu tiga orang petugas KPPS satu orang lagi, anggota Pamsung (pengamanan langsung)," ucap Betty.
Untuk petugas yang sakit, lanjut dia, saat ini kondisinya ada yang masih dirawat di rumah sakit rawat inap, dan rawat jalan, tersebar pada sejumlah rumah sakit.
Ia mengatakan, petugas KPPS adalah ujung tombak KPU dalam melaksanakan penyelenggaraan pemilu yang langsung, umum, bebas rahasia, jujur, dan adil.
Merujuk data yang dihimpun KPU hingga Selasa (23/4) sore, jumlah petugas KPPS yang meninggal dunia mencapai 119 orang dan 548 orang sakit. Mereka tersebar pada 25 provinsi.
Pewarta: Laily Rahmawaty, Taufik Ridwan
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2019