London (ANTARA News) - Dolar Amerika Serikat (AS) terpukul ke posisi terendah baru terhadap mata uang Uni Eropa (UE), euro, karena didorong kekhawatiran di zona euro tentang dampak melambungnya mata uang Eropa.
Mata uang tunggal Eropa mencapai rekor puncak 1,4875 dolar dalam perdagangan di Asia, yang menjadi level tertinggi sejak mata uang euro diberlakukan pada 1999.
Dalam perdagangan terakhir di Eropa, euro berada pada 1,4850 dolar, dibandingkan dengan 1,4854 dolar di New York pada akhir Rabu. Pasar AS, Kamis, tutup karena merupakan hari libur nasional harri "Thanksgiving".
Dolar juga terpukul ke posisi terendah selama ini terhadap franc Swiss, pada 1,1005 franc.
Pasar masih mencerna penurunan proyeksi pertumbuhan ekonomi AS, Selasa, dari Federal Reserve. Ekspektasi ekonomi telah membebani dolar, meski the Fed belum menegaskan rencana penurunan suku bunganya pada bulan-bulan mendatang.
Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) AS menurunkan suku bunga federal funds setengah poin menjadi 4,75 persen pada 18 September, merupakan yang pertama dalam empat tahun terakhir.
Kemudian, dilakukan penurunkan lagi seperemoat poin menjadi 4,50 persen pada 31 Oktober, dalam upaya melonggarkan pasar kredit terkait menurunkan sektor perumahan AS.
Kanselir Jerman Angela Merkel mengatakan, Kamis, rekor euro terhadap mata uang utama lainnya "merupakan masalah" untuk para eksportir, mesin tradisional pertumbuhan Jerman.
"Kami tentu saja gembira memiliki mata uang yang mantap. Namun untuk ekspor tentu saja menjadi masalah," kata Merkel kepada saluran televisi berita N24.
Dolar AS juga menderita akibat berkembangnya spekulasi bahwa para investor manca negara akan mendiversifikasi investasinya dari mata uang AS mengalihkannya sebagian besar ke euro.
Euro telah diuntungkan tingginya ekspektasi bahwa negara-negara teluk Arab dan Arab Saudi akan merevaluasi mata uang mereka dan memperkenalkan sebuah keranjang mata uang terhadap penempatan kembali pematokan dolar AS, kata analis NAB Capital, John Kyriakopoulos.
Surat kabar Arab Saudi, al-Riyadh melaporkan Arab Saudi mulai mempertimbangkan sebuah revaluasi riyal terhadap dolar jelang pertemuan para pemimpin negara-negara Teluk Arab pada awal Desember.
Di tempat terpisah, para pelaku pasar mencemaskan greenback akan terjun bebas terhadap mata uang Jepang, hingga ke level 105 yen, kata para dealer.
Namun mereka tidak memperkirakan Bank Sentral Jepang akan melakukan intervensi dalam waktu dekat untuk menahan penguatan yen, yang menghambat para eksportir.
Bank sentral AS, Rabu, memangkas kembali proyeksi pertumbuhan ekonominya menyusul melemahnya pasar perumahan dan kondisi kredit ketat.
The Fed memproyeksikan pertumbuhan ekonomi tahun depan pada kisaran 1,8 hingga 2,5 persen, turun dari perkiraan sebelumnya 2,5 hingga 2,75 persen.
Dalam perdagangan terakhir di Eropa, Kamis, euro dipindahtangankan pada 1,4850 dolar, terhadap 1,4854 akhir Rabu, pada 161,10 yen (161,02), 0,7208 pound (0,7190) dan 1,6358 franc Swiss (1,6366).
Dolar berada pada 108,49 yen (108,38) dan 1,1016 franc Swiss (1,1016). Pound pada 2,0600 dolar (2,0650).
Di London, harga emas naik menjadi 803,25 dolar per ons dari 798 dolar pada akhir Rabu. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007