Jakarta (ANTARA News) - Partai Golkar menyatakan telah memenangi 40,19 persen dari keseluruhan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) yang digelar di Indonesia sejak 2005 hingga 2007. "Dalam pelaksanaan pilkada sejak 2005 hingga 2007, Partai Golkar telah tampil sebagai parpol papan atas. Sebab, Partai Golkar memenangi 125 atau 40,19 persen dari 311 pelaksanaan pilkada se-Indonesia," kata Sekjen DPP Partai Golkar Soemarsono di Jakarta, Jumat. Belum termasuk kemenangan Abdul Gafur di Provinsi Maluku Utara, menurut dia, Partai Golkar telah membukukan keunggulan di enam provinsi plus 119 kabupaten dan kota. "Dari total pelaksanaan pilkada tingkat kabupaten dan kota, partai berlambang pohon beringin ini berkoalisi dengan partai lain di 40 pilkada," kata jenderal TNI purnawirawan berbintang tiga ini. Gambaran ini juga diutarakan salah satu Ketua DPP Partai Golkar, Syamsul Muarif, ketika menyampaikan laporan pada acara pembukaan Rapimnas III Partai Golkar, Kamis malam lalu. Partai Golkar yang saat ini tengah menyelenggarakan Rapimnas III di Jakarta, sebagaimana dikatakan Wakil Ketua Umumnya, Agung Laksono secara terpisah, menargetkan memenangi suara publik pada Pemilu 2009. Agung Laksono dan Ketua Dewan Penasehat DPP Partai Golkar, Surya Paloh, Kamis pagi ini menyampaikan pengarahan kepada sekitar 1000 peserta serta peninjau Rapimnas III Partai Golkar di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat. Rapimnas III Partai Golkar ini juga merupakan ajang mengevalusi kekuatan dan tantangan partai pemenang Pemilu 2004 itu, baik dalam kerangka pemenangan pilkada maupun Pemilu Legislatif 2009, serta penetapan kriteria Calon Presiden (Capres). Hasil Survei Politik Berdasarkan realitas di lapangan tersebut, Soemarsono dkk di DPP Partai Golkar, mengharapkan keadaannya bisa berbanding lurus dengan hasil yang dapat dicapai pada Pemilu Legislatif 2009 mendatang. "Walaupun tak bisa ada jaminan, perolehan suara pemilu sebanding lurus dengan pelaksanaan pilkada. Sebab yang jelas, pelaksanaan pilkada selama ini menggunakan proses survei. Untuk pilkada, figur yang menonjol yang diajukan sebagai kandidat," ujarnya lagi. Sementara itu, berdasarkan sejumlah hasil survei oleh lembaga independen, Partai Golkar menjelang tahun 2005 sempat berada di bawah Partai Demokrat, meski masih di atas PDI Perjuangan. Saat itu merupakan awal dari pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono yang juga Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat. Tetapi kondisi kemudian berbalik pada 2006, karena beberapa hasil survei membuktikan beberapa kali Partai Golkar berada di urutan pertama mengungguli Partai Demokrat. Survei Januari dan Maret 2006, kondisi Partai Golkar stabil dengan pencapaian suara 18 persen, sementara Agustus sampai Oktober 2006, Partai Demokrat kembali memimpin. Praktis selama 2004 sampai Oktober 2006 Partai Golkar dan Partai Demokrat silih berganti memimpin. Belakangan, peta dukungan suara responden sedikit berubah sejak November 2006 hingga Oktober 2007 lalu. Partai Golkar dan PDI Perjuangan bergantian menduduki peringkat satu dan dua. Hasil survei Oktober lalu menyimpulkan, Partai Golkar mendapatkan dukungan 17,5 persen, PDI Perjuangan 20 persen. Itu terjadi karena selang 2007, PDI Perjuangan memang menggeliat seiring ikon partai oposisi yang mulai terlihat dalam beberapa kesempatan di legislatif. Namun begitu, dalam rentang survei 2004-2007 ini tergambar jelas dukungan suara pada Partai Golkar semakin stabil, sesuatu yang tak dimiliki Partai Demokrat. Stabilitas suara Partai Golkar tak lepas dari desain sebagai partai modern, dan ada semacam kemampuan aparat hingga kadernya dapat menahan diri di tengah carut marut politik nasional. (*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007