Jakarta (ANTARA News) - Kurs rupiah Jumat pagi menguat, setelah sebelumnya sempat terpuruk hingga mencapai level Rp9.400 per dolar AS menyusul intervensi Bank Indonesia (BI) untuk mengawal rupiah.
Nilai tukar rupiah naik menjadi Rp9.373/9.378 per dolar AS dibanding penutupan hari sebelumnya Rp9.400/9.4005 per dolar AS atau menguat 27 poin.
Pengamat pasar uang, Edwin Sinaga, di Jakarta, mengatakan BI melakukan intervensi pasar sehingga keterpurukan rupiah tertahan bahkan rupiah cenderung menguat.
BI melepas cadangan devisanya untuk memicu rupiah menguat dan kembali di bawah level psikologis Rp9.400 per dolar AS, katanya.
Menurut dia, BI rupanya khawatir apabila rupiah melewati angka batas psikologis Rp9.400 per dolar AS, kemungkinan mata uang lokal akan terus terpuruk.
Apalagi ada rencana dari bank sentral AS untuk segera menurunkan suku bunganya lagi untuk memicu pertumbuhan ekonomi AS yang makin terpuruk. Pertumbuhan ekonomi AS pada bulan Desember akan tumbuh hanya 1,8 persen dari perkiraan sebelumnya 2,5 persen, katanya.
Rupiah, lanjut dia, kemungkinan akan bisa bergerak naik lagi pada sesi berikutnya, karena BI akan terus memantau pergerakan rupiah agar tidak mendekati angka Rp9.400 per dolar AS.
Mata uang lokal itu juga mendapat dukungan dari membaiknya pasar saham regional, seperti indek Kospi, Korea Selatan menguat 0,5 persen, sedangkan pasar saham di Jepang dan Amerika tutup menyambut hari libur nasional, katanya.
Kenaikan rupiah, menurut dia, juga tidak terlepas dari merosotnya dolar AS terhadap euro yang mencapai 1,49 dolar AS. Dolar AS diperkirakan akan makin terpuruk dengan rencana The Fed yang akan menurunkan suku bunganya lagi.
Apabila The Fed jadi menurunkan suku bunganya, diperkirakan pergerakan rupiah akan semakin membaik dan kembali di posisi Rp9.000 per dolar AS, katanya.
Rupiah memang aneh, dalam kondisi dolar AS melemah, kadang kala rupiah juga terpuruk, namun diharapkan sikapnya bisa berubah, karena kondisi yang menguntungkan akan memicu rupiah menguat, tambahnya. (*)
Copyright © ANTARA 2007