Semarang (ANTARA) - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengusulkan kepada pemerintah agar pelaksanaan pemilihan umum di berbagai tingkatan, tidak dilakukan secara serentak guna mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan.
"Mungkin pelaksanaannya tidak serentak kali ya atau penyerentakannya bisa ditata ulang, mungkin serentak secara nasional saja, provinsi saja dan kabupaten/kota saja sehingga tidak membutuhkan tenaga, pikiran bahkan jiwa seperti ini," katanya di Semarang, Rabu.
Ganjar menilai pemilu tahun ini cukup menjadi perhatian semua pihak dengan sejumlah catatan, baik tentang kesehatan maupun tekanan bekerja.
Pelaksanaan pemilu serentak yakni pemilihan calon presiden, DPD, DPR RI, DPRD provinsi dan DPRD kabupaten/kota, lanjut Ganjar, mesti dievaluasi ulang. Sebab dengan pelaksanaan serentak itu, maka pelaksananya membutuhkan waktu dan tenaga yang cukup besar.
"Sehingga kayaknya kita mesti mereview ulang agar ke depan jauh lebih baik. Apa yang terjadi ini harus dievaluasi total," tegasnya.
Seperti diketahui, pelaksanaan pemilu 2019 memakan banyak korban yakni ratusan petugas pemilu baik dari kepolisian, panwaslu, KPPS atau petugas TPS meninggal dunia karena diduga mengalami kelelahan saat mengikuti proses pemilu.
Di Provinsi Jawa Tengah, tercatat sebanyak 25 petugas pemilu yang meninggal dunia dan tersebar di Kabupaten Demak, Banyumas, Sukoharjo, Banjarnegara, Purbalingga, Grobogan, Rembang, Magelang, Klaten, Batang, Kudus, Pekalongan, Kendal, Pemalang, Semarang dan Brebes.
Selain 25 orang yang meninggal dunia itu, KPU mencatat ada 97 petugas TPS yang kelelahan dan harus dirawat di rumah sakit, bahkan tiga orang diantaranya mengalami keguguran.
Ganjar Pranowo mengucapkan belasungkawa atas meninggalnya para petugas demokrasi itu dan akan memberikan santunan kepada keluarga petugas, baik yang meninggal dunia maupun yang dirawat di rumah sakit.
"Insya Allah, Jumat besok akan kita berikan santunan, tidak hanya kepada yang meninggal saja, tapi yang sakit juga akan kami berikan," katanya.
Pewarta: Wisnu Adhi Nugroho
Editor: Nurul Hayat
Copyright © ANTARA 2019