Washington (ANTARA News) - Arab Saudi dan Libia merupakan sumber sekitar 60 persen dari pejuang asing yang masuk Irak dalam setahun terakhir untuk ikut dalam pemberontakan di negara itu, New York Times melaporkan.
Pasukan AS telah menemukan dokumen dan komputer dengan informasi mengenai pejuang asing dalam satu serangan September di sebuah kamp tenda dekat kota Sinjar, dekat dengan perbatasan Suriah, kata Times, mengutip beberapa pejabat senior AS.
Sasaran dari serangan itu adalah sel gerilyawan yang diyakini bertanggungjawab atas penyelundupan mayoritas sangat besar pejuang asing ke Irak, harian tersebut melaporkan.
Dokumen itu mencakup sketsa biografis yang mendaftar kota kediaman lebih dari 700 pejuang yang masuk ke Irak sejak Agustus 2006.
Arab Saudi adalah sekutu AS dalam waktu lama di kawasan tersebut, sementara AS telah memulihkan hubungan diplomatik dengan Libia dan mencabut negara itu dari daftar negara sponsor terorismenya tahun lalu.
Namun warga Saudi dan Libia mewakili mayoritas pejuang asing dalam dokumen Sinjar, kata Times.
Jumlah terbesar dari gerilyawan asing itu -- 305, atau 41 persen -- datang dari Arab Saudi, meskipun ada upaya pemerintah untuk mengekang bakal teroris setelah 15 dari 19 pembajak dalam serangan 11 September 2001 di AS dikembalikan ke Saudi.
Warga Libia mewakili 137 pejuang asing, atau 18 persen, dari total gerilyawan asing, pejabat senior militer AS, yang tak disebutkan namanya, mengatakan pada Times.
Dua dari pejuang asing itu datang dari Perancis, tapi semua dari yang lainnya berasal dari negara yang dominan Muslim Sunni, kata surat kabar tersebut.
Sumber terbesar ketiga dari petempur asing itu adalah Yaman, dengan 68 orang, diikuti oleh 64 orang dari Aljazair, 50 dari Maroko, 38 dari Tunisia, 14 dari Jordania, enam dari Turki dan dua dari Mesir, kata harian tersebut dikutip AFP.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007