Jakarta (ANTARA News) - Radar buatan pabrikan radar Eldis S.R.O. di Republik Ceko dijadwalkan segera beroperasi di empat bandara yang dikelola oleh PT Angkasa Pura I (AP) mulai awal April 2009. "Pekerjaan proyek ini bersifat 'Turn Key Project', yakni hasil pekerjaan dapat diterima setelah radar dan peralatan penunjangnya berfungsi dengan baik. Sekitar awal April 2009, empat radar itu diperkirakan selesai dan siap beroperasi," kata Sekretaris Perusahaan PT AP I, Kuntadi Budianto, kepada pers di Jakarta, Kamis. Pada hari yang sama (22/11), PT AP I yang diwakili Dirut Bambang Darwoto telah menandatangani kontrak pengadaan dan pemasangan radar di empat bandara milik PT AP I yakni Bandara Juanda (Surabaya), Bandara Sepinggan (Balikpapan), Bandara Syamsudin Noor (Banjarmasin) dan Bandara Hasanuddin (Makassar) dengan PT Lentari Sentra Pratama (LSP). PT LSP adalah mitra lokal dari pabrikan radar Eldis S.R.O Republik Czech dan memenangkan tender pengadaan itu. Dari tujuh peserta dan akhirnya dua peserta yang mengajukan penawaran, LSP memberikan harga penawaran lebih murah sekitar Rp30 miliar dibanding satu peserta lainnya dari Perancis atas nama pabrikan radar, Thales. Mitra pabrikan ini di Indonesia adalah PT CITAC. "Saat penandatangan perjanjian kontrak, dari pihak Republik Czech, hadir duta besarnya di Indonesia yakni Pavel Rezac. Ini adalah cermin dukungan serius dari mereka dan berarti, levelnya meningkat menjadi antar negara," katanya. Nilai pekerjaan untuk radar di empat bandara itu adalah 10,8 juta dolar AS dan Rp10, 045 miliar. Kuntadi mengakui pemakaian radar buatan Republik Czech ini adalah untuk pertama kalinya di Indonesia. PT Angkasa Pura I dan II pun selama ini juga selalu menggunakan produk radar Perancis. "Radar mereka juga banyak dipakai di beberapa negara di Eropa Timur. Jadi, tak masalah selama mampu terintegrasi dengan sistim radar yang sudah ada," katanya. Soal integrasi dengan radar yang sudah ada tersebut, kata Kuntadi, juga menjadi salah satu persyaratan dalam tender. Tender radar ini berlangsung beberapa tahun sejak 2004, setelah sempat mengalami kegagalan dua kali. Radar di empat bandara tersebut, tambah Kuntadi, memang layak diperbaharui karena sudah sangat tua sementara bebannya makin bertambah. "Penerbangan domestik sedang tumbuh. Perlu dukungan sarana dan prasarana di bandara secara memadai, salah satunya adalah radar," katanya. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007