Jakarta (ANTARA News) - Menkeu Sri Mulyani Indrawati mengatakan ia optimis tahun 2007 akan dilewati sesuai harapan pemerintah, dan tren pertumbuhan akhir 2007 akan terus berlanjut hingga semester I 2008 karena upaya berkesinambungan pemerintah dalam tiga tahun terakhir untuk memperbaiki makro ekonomi. "Selama tiga tahun ini, banyak kebijakan kita yang merupakan `down payment` dan selama situasi baik, kita tidak tidur sehingga saat sedang mendung dan banyak hujan kita sudah siap dengan payung," kata Menkeu dalam seminar "Politik dan Ekonomi Indonesia 2008 di Jakarta, Kamis. Sedangkan pada semester kedua 2008, Menkeu menambahkan pemerintah masih harus melihat situasi ekonomi eksternal, apakah pengaruh krisis subprime mortgage AS masih berlanjut dan harga minyak dunia masih bertengger di level saat ini. "Kita butuh tiga hal, `good policy` (kebijakan yang tepat-red), `good institution` (kelembagaan yang mendukung-red), dan `good luck` (keberuntungan-red). Insyaallah, pertumbuhan ekonomi 2008 sebesar 6,8 persen bisa tercapai," ujar Menkeu. Menurut Menkeu, sebagai bagian dari ekonomi global, Indonesia juga mengalami tekanan yang tidak ringan pada 2008 karena adanya kombinasi lesunya perekonomian dunia, kenaikan harga minyak, serta perkiraan belum berakhirnya pengaruh krisis subprime mortgage pada institusi keuangan global. "Kebijakan moneter dihadapkan pada pilihan menurunkan tingkat inflasi, tapi pada saat bersamaan ekonomi sedang lesu. Kombinasi itu agak pelik untuk di`manage`," kata Menkeu. Lebih lanjut, Menkeu juga mengatakan, mata uang dunia saat ini tengah menuju ekuilibrium (keseimbangan) baru, di saat dolar AS sebagai mata uang yang menjadi "vehicle currency" (mata uang yang diterima di seluruh negara di dunia-red) mengalami penyesuaian nilai tukarnya terhadap mata uang lainnya di dunia. "Ini karena AS mengalami penyesuaian atas kondisi ekonomi mereka," katanya. Senada dengan Menkeu, Deputi Gubernur senior BI, Miranda S. Goeltom mengatakan faktor inflasi pada 2008 akan sangat dipengaruhi oleh harga minyak, terutama akibat "imported inflation" atau kenaikan harga barang impor. "Harus diakui bahwa tekanan inflasi pada 2008 itu akan lebih besar. Target inflasi 5 plus minus 1 persen itu tampaknya bakal berkisar pada level atas (plus 1 persen-red)," katanya. Lebih lanjut dia mengatakan, otoritas fiskal dan moneter harus berkoordinasi untuk mengendalikan "imported inflation" agar imbasnya tidak terlalu besar kepada Indonesia.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007