Anggota Bawaslu RI, Fritz Edward Siregar, di Kantor Bawaslu, Jakarta Pusat, Selasa, memastikan lembaganya tengah mengupayakan santunan bagi anggotanya yang meninggal maupun yang dirawat usai menjalankan tugas menjaga proses pencoblosan Pemilu.
“Besarannya belum bisa kita sampaikan. Masih kita bahas," katanya.
Bawaslu akan berkoordinasi dengan Kementerian Keuangan (Kemenkeu) terlebih dahulu untuk memberikan santunan tersebut.
Fritz turut berduka cita atas gugurnya para penyelenggara Pemilu tersebut. Ia menegaskan, antisipasi insiden semacam ini sebelumnya telah diupayakan.
"Saya rasa KPU dan Bawaslu berusaha prediksi sedetail mungkin bagaimana proses yang terjadi di TPS," ujarnya.
Berdasarkan data yang dikumpulkan Divisi Sumber Daya Manusia (SDM) Bawaslu, hingga Senin, 22 April 2019 malam, tercatat 33 orang pengawas pemilu meninggal dunia. Pengawas-pengawas pejuang demokrasi tersebut tersebar di 26 kabupaten/kota di 10 provinsi. Provinsi dengan jumlah terbanyak pengawas pemilu yang meninggal adalah Jawa Barat yaitu sebanyak 10 orang.
Adapula pengawas yang mengalami kekerasan dalam bertugas. Jumlahnya 19 orang yang tersebar di 16 kabupaten/kota di 11 provinsi. Provinsi Aceh, Daerah Istimewa Yogyakarta dan Nusa Tenggara Timur adalah daerah yang pengawas pemilunya paling banyak mendapat kekerasan, yaitu masing-masing dua orang.
Sedangkan, 117 orang pengawas pemilu mengalami kecelakaan. Jumlah itu tersebar di 66 kabupaten/kota du 22 provinsi. Di Jawa Timur, paling banyak pengawas pemilu yang tertimpa kecelakaan, yakni 22 orang.
Selain itu, 160 orang pengawas pemilu yang tersebar di 77 kabupaten/kota di 22 provinsi menjalani rawat inap. Jumlah terbanyak terdapat di Sulawesi Selatan dengan 22 orang pengawas pemilu yang menjalani rawat inap.
273 orang pengawas pemilu menjalani rawat jalan pada masa tugas pengawasan pemilu. Angka tersebut tersebar di 84 kabupaten/kota di 23 provinsi. Pengawas pemilu paling banyak menjalani rawat jalan ada di provinsi Jawa Timur, yaitu sebanyak 40 orang.
Pewarta: Syaiful Hakim
Editor: Yuniardi Ferdinand
Copyright © ANTARA 2019