Singapura (ANTARA News) - Pemerintah Indonesia dan Cina sepakat meningkatkan hubungan kerja sama ekonomi dan politik. Hal itu terungkap dalam pertemuan tertutup antara Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan PM Cina Wen Jiabao, di sela-sela KTT ASEAN ke-13 di Singapura, Selasa. Juru Bicara Kepresidenan Dino Patti Djalal yang ikut dalam pertemuan bilateral itu mengatakan, dari tahun ke tahun "strategic partnership" di berbagai sektor kedua negara makin meningkat. Menurut Dino, selama tahun 2007 (Januari-September) nilai perdagangan mencapai 18,5 miliar dolar AS meningkat dibanding periode sama tahun 2006. Tingginya komitmen kemitraan kedua negara mendorong optimisme bahwa nilai perdagangan terus meningkat. Proyeksi resmi nilai perdagangan kedua negara pada 2007 diperkirakan mencapai 20 miliar dolar AS, namun Presiden Yudhoyono memberikan nilainya dapat berlipat hingga 10 miliar atau menjadi 30 miliar dolar AS pada 2010. Pada kesempatan itu, pemerintah Cina memberikan pinjaman lunak sebesar 200 juta dolar AS kepada pemerintah Indonesia. Pertemuan kepala negara merupakan yang kedua kalinya selama tahun 2007, setelah sebelumnya Presiden Yudhoyono berkunjung ke Beijing beberapa waktu lalu. Dalam pertemuan yang berlangsung sekitar 20 menit itu, kedua Kepala Pemerintahan itu menyatakan antusias melanjutkan kerja sama pertahanan antara Indonesia dan Cina. "Kedua negara ingin berkonsultasi intensif dengan para pejabat di bidang pertahanan, pejabat militer," kata Dino. Selain itu juga dibahas perjanjian ekstradisi yang telah mencapai kesepakatan, namun belum bisa ditandatangani. Perjanjian ekstradisi yang tinggal menunggu penandatanganan itu menurut Dino tidak mengalami proses yang berbelit, sehingga dengan mudah difinalisasi dan diharapkan menjadi model kerjasama ekstradisi dengan negara lain. Presiden yang didampingi Menteri Perdagangan Mari E Pangestu, Menteri Koordinator Perekonomian Boediono, juga mengajak para perusahaan energi dari Cina aktif bekerja sama bidang eksplorasi dan produksi migas serta bahan bakar yang dapat diperbarui seperti biofuel. Di sela-sela pembicaraan juga terlontar upaya penyelesaian gejolak yang terjadi di Myanmar. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007