New York (ANTARA News) - Di tengah berlangsungnya KTT ke-13 ASEAN di Singapura yang membahas integrasi kawasan, Perserikatan Bangsa-Bangsa, di New York, Senin, mengeluarkan hasil studi yang mengingatkan kelompok kawasan Asia Tenggara itu untuk memperhatikan kesenjangan serius dalam hal pembangunan di antara 10 negara anggotanya. Studi bertema "Sepuluh sebagai Satu: Tantangan dan Peluang bagi Integrasi ASEAN" itu merupakan studi baru yang dihasilkan Komisi Ekonomi dan Sosial PBB untuk Asia Pasifik (ESCAP). Di Singapura, para kepala negara/pemerintahan 10 negara ASEAN, termasuk Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, melakukan pertemuanKTT ASEAN yang berlangsung pada 18-22 November dan antara lain akan menandangatani Piagam ASEAN serta cetak biru Komunitas Ekonomi ASEAN. Piagam ASEAN yang akan ditandatangani itu memuat tiga pilar kerjasama dan integrasi ASEAN, yaitu Komunitas Ekonomi ASEAN, Komunitas Keamanan ASEAN, dan Komunitas Sosial-Budaya ASEAN. Cetak biru Komunitas Ekonomi ASEAN (AEC) memuat ambisi pembentukan ASEAN sebagai pusat perdagangan kawasan yang terintegrasi --pembentukannya ditargetkan pada 2008 dan implementasi pada 2015-- serta dapat disejajarkan dengan komunitas serupa di Eropa (Uni Eropa). Cetak biru tersebut memuat empat prioritas dalam kerangka AEC, yaitu arus barang dan jasa yang bebas, ekonomi kawasan yang kompetitif, perkembangan ekuitas ekonomi, dan integrasi memasuki ekonomi global. Kajian ESCAP mencatat kesenjangan terbesar di antara para anggota ASEAN terjadi di bidang lingkungan dan kesehatan. ESCAP memberi contoh, kendati ASEAN secara keseluruhan memberikan kontribusi kecil terhadap emisi karbon global --yaitu sekitar 3,3 prosen dari total emisi dunia, namun Singapura, Malaysia dan Brunei Darussalam sebenarnya melewati rata-rata global dalam hal emisi per kapita. Tingkat emisi per kapita Brunei, misalnya, tercatat 60.000 kali lebih tinggi dibandingkan Kamboja. Di bidang kesehatan, menurut ESCAP, kesenjangan terlihat sangat jelas, yaitu dengan tingkat kematian anak dan ibu di Kamboja, Laos dan Myanmar yang mencapai 11 hingga 47 kali lebih tinggi dibandingkan di Singapura. Kesenjangan sangat lebar juga masih terjadi di antara para anggota ASEAN dalam bidang perdagangan dan investasi, kata studi tersebut. Misalnya dalam hal investasi asing langsung, terlihat kekuatan yang tidak seimbang yaitu empat negara --Singapura, Malaysia, Thailand dan Vietnam-- menarik 95 persen aliran investasi asing langsung.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007