Bengkulu (ANTARA News) - Maraknya perluasan perkebunan rakyat di Pulau Enggano, Provinsi Bengkulu, beberapa tahun belakangan ini telah berdampak pada berkurangnya kawasan hutan lindung dan hutan produksi, bahkan sebagian terancam gundul.
Kawasan hutan di Enggano itu banyak yang dibuka oleh masyarakat untuk dijadikan kebun kelapa sawit dan kakao, sementara kayu tidak diketahui rimbanya, ujar Usmar, salah seorang warga Pulau Enggano di Bengkulu, Selasa.
Pulau Enggano yang masuk dalam wilayah Kabupaten Bengkulu Utara, berjarak 97 mil laut dari Kota Bengkulu, merupakan pulau terluar yang dihuni oleh sekitar 130.000 jiwa, di pulau tersebut terdapat kawasan hutan lindung dan hutan produksi.
Menurut dia, pembukaan kawasan hutan oleh perambah itu hingga kini semakin meluas dengan lokasi terpencar-pencar mulai dari Malakoni, Apoho sampai ke Desa Banjarsari.
Bila pembukaan kawasan hutan itu tidak cepat diatasi, hutan di Pulau Enggano dalam beberapa tahun mendatang akan gundul dan pulau itu terancam tenggelam, sementara kayu kualitas ekspor dari hutan yang dirambah itu tidak diketahui perginya.
Salah seorang unsur Muspika di Enggano sebelumnya juga mengatakan, kondisi Pulau Enggano makin hari makin memprihatinkan, selain akibat bobroknya pembangunan proyek pemerintah yang kualitasnya rendah, juga karena berlanjutnya pembukan kawasan hutan.
Unsur Muspika yang enggan disebut jatidirinya itu menilai, Enggano sampai kini hanya dijadikan "proyek", karena dengan menjual nama pulau terpencil itu akan mudah mendapatkan dana pemerintah yang setiap tahun terus meningkat, namun hasilnya sangat minim.
Tabrani Undu, pimpinan koperasi pemasok BBM ke Pulau Enggano juga mengaku bahwa kemajuan pembangunan fisik di pulau terpencil itu masih terseok-seok dan memerlukan pengawasan ketat, terutama dalam hal penggunaan dana pemerintah.
Di sektor kehutanan, batasan antara kawasan hutan lindung, konservasi dan hutan peruntukan lain tidak jelas, bila dilihat secara kasat mata kawasan hutan yang dulunya sangat lebat dan hijau, kini sebagian sudah menjadi areal perkebunan.
Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Bengkulu Ir Chairil Burhan, ketika dikonfirmasi mengaku sudah mendapatkan informasi tentang kerusakan kawasan hutan di Enggano, dan hingga kini pihaknya masih menunggu laporan tertulis dari dinas terkait di Kabupaten Bengkulu Utara.
Keberadaan kawasan hutan di Enggano itu sangat vital, bila dibabat secara liar dan sempat gundul akan membahayakan kelangsungan pulau itu karena berdiri diatas batu karang.
Warga minta perambah di daerah itu harus segera ditertibkan, sebelum perambah membabat kawasan hutan penyangga yang berada di puncak pulau terpencil tersebut demi mengamankan semua satwa dilindungi termasuk hewan melata dan ratusan kerbau/sapi liar di daerah itu.
Pulau Enggano luasnya sekitar 40 Km persegi, memiliki enam desa dan satu kecamatan, penduduknya sebagian besar bermatapencaharian sebagai nelayan dan petani, diperlukan waktu 12 jam dari Kota Bengkulu menuju Enggano dengan menggunakan kapal feri.(*)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007