Jakarta (ANTARA News) - Kelompok negara G-20 menilai reformasi ekonomi di Indonesia untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan berada pada jalur yang benar sehingga dapat menjadi contoh bagi negara lain.
Kepala Biro Humas Depkeu Samsuar Said dalam keterangannya di Jakarta, Senin, menyebutkan bahwa dengan pertimbangan itu, G-20 meminta Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menjadi pembicara utama dalam sesi mengenai "Impelementing the G-20 Accord for Sustained Growth" dalam pertemuan G-20.
Sri Mulyani melakukan kunjungan ke Afrika Selatan pada 17-18 November 2007 dalam rangka menghadiri Pertemuan Para Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral G-20 di Cape Town, Afrika Selatan.
Pada pertemuan itu Delegasi Departemen Keuangan dipimpin oleh Sri Mulyani dengan didampingi oleh Staf Khusus Menteri Keuangan Muhammad Chatib Basri. Sementara itu, delegasi Bank Indonesia (BI) dipimpin oleh Gubernur Bank Indonesia Burhanuddin Abdullah yang didampingi oleh Deputi Gubernur Senior Miranda Goeltom.
G-20 merupakan forum dialog kebijakan bagi kelompok 20 negara yang menempati urutan teratas dalam ekonomi dunia.
Keanggotaan Indonesia dalam forum ini didasarkan kepada nilai strategis Indonesia sebagai negara dengan ukuran GDP yang besar dan meningkat pesat, serta sebagai negara yang memberikan kontribusi signifikan dalam pertumbuhan ekonomi global.
Selain itu Indonesia juga merupakan satu-satunya negara ASEAN yang masuk dalam G-20 sehingga Menteri Keuangan RI bertanggung jawab secara informal untuk menyampaikan hasil-hasil pertemuan G-20 kepada forum Menteri Keuangan ASEAN.
Pada pidato dalam forum itu, Sri Mulyani menyampaikan kondisi ekonomi terkini dan pengalaman Indonesia dalam melakukan reformasi ekonomi yang didasarkan kepada upaya pembenahan struktural dalam birokrasi, khususnya di Departemen Keuangan.
Beberapa topik dibahas dalam pertemuan G-20 antara lain mengenai outlook perekonomian dunia yang dibayangi oleh ketidakpastian ekonomi global akibat meningkatnya resiko pasar keuangan setelah terjadinya krisis sub-prime mortgage di AS dan meningkatnya harga minyak.
Menteri Keuangan berkesempatan menyampaikan kepada forum mengenai kondisi resiliensi keuangan Indonesia yang tetap terpelihara karena kecilnya resiko sistem keuangan domestik terhadap krisis kredit perumahan di AS sehingga relatif tidak terlalu terpengaruh.
Selain itu disampaikan pula mengenai pengaruh kenaikan harga minyak terhadap APBN yang relatif bersifat netral, dikarenakan meningkatnya pengeluaran pemerintah untuk subsidi bahan bakar yang dapat diimbangi oleh meningkatnya pemasukan pemerintah dari sektor energi alternatif seperti gas.
Pertemuan G-20 di Cape Town juga membahas hasil studi G-20 mengenai perubahan iklim serta rencana Departemen Keuangan Indonesia menyelenggarakan pertemuan para menteri keuangan internasional di Bali untuk membahas upaya adaptasi dan mitigasi perubahan iklim melalui instrumen keuangan.
Dalam kesempatan tersebut, Menteri Keuangan Sri Mulyani juga mengadakan pertemuan bilateral dengan beberapa negara anggota G-20 seperti Afrika Selatan, Argentina, Arab Saudi, Brazil, China, Italia, Kanada, UK, dan Amerika Serikat.
Pada pertemuan bilateral itu, Menteri Keuangan juga menyampaikan rencana pertemuan para menteri keuangan internasional di Bali pada tanggal 10-11 Desember 2007 untuk membahas mengenai inisiatif keuangan terkait isu perubahan iklim.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007