Shanghai (ANTARA News) - Saat Roger Federer ditanya pers, jika ia menjadi pelatih, apa nasehat yang akan diberikannya kepada pemain yang akan melawan dirinya? Petenis nomor satu dunia dari Swiss itu pun menjawab secara becanda, "Jangan coba-coba, teman!" Tetapi, setelah menyaksikan petenis nomor satu dunia itu merebut gelar keempat Piala Master pada Minggu (18/11), pesaingnya pasti tidak akan tertawa mendengar lawakan itu. Federer bermain tanpa cela untuk mengalahkan petenis Spanyol, David Ferrer 6-2, 6-3, 6-2, dalam final yang berjalan timpang di Shanghai, dan ia kemudian memperingatkan dirinya akan semakin baik lagi. "Ini adalah tahun yang sangat luar biasa," kata Federer, yang sebelumnya berolok-olok bahwa dirinya tengah dilanda krisis setelah secara mengejutkan dikalahkan petenis Chile, Fernando Gonzalez, pada pertandingan pertama di Grup Merah. "Ini telah menjadi semacam tahun penerobosan untuk saya. Tidak kehilangan satu set pun selama Australia Terbuka, mengalahkan Nadal untuk pertamakalinya di lapangan tanah liat," ujarnya. Ia menimpali, "Saya masih ingin bermain lebih menyerang, lebih sering mendekat ke net. Saya juga berada dalam posisi yang bagus untuk tahun depan." Ketika Federer ditaklukkan Gonzalez pada pertandingan pertama, hal itu adalah kekalahan yang kesembilan sejak Januari 2009, karena sebelumnya ia hanya kalah sembilan kali sepanjang musim 2005 dan 2006. Ia juga untuk pertamakalinya dalam empat tahun terakhir menderita dua kekalahan beruntun, dan memicu banyak berita aneh soal dirinya. Satu-satunya orang yang tidak panik adalah Roger Federer sendiri. Ia merebut tiga gelar Grand Slam pada 2007, dan finalis di Prancis Terbuka. Federer tersenyum dan berkata, "Beberapa orang berpikir itu adalah bencana. Saya tidak."Federer lalu menundukkan Nikolay Davydenko dari Rusia sebelum melumat petenis Amerika Serikat, Andy Roddick, 6-4, 6-2, dan musuh abadinya, Nadal, 6-4, 6-1, kemenangannya yang paling meyakinkan atas petenis Spanyol itu hingga hari ini. "Saya tidak terpengaruh berita atau mendengar apa yang dikatakan orang. Sekali saya berjalan, susah untuk menghentikan saya. Selalu seperti itu," ujarnya. Federer mungkin telah menjadi lebih penting dari olahraga yang digelutinya, seperti Tiger Woods di golf atau Michael Jordan di bola basket, tetapi ia masih selapar sebelumnya untuk meraih gelar juara. "Saat saya berulang membuktikan diri, itu bukan kejutan besar karena untuk inilah mengapa saya bekerja sangat keras," kata juara grand slam 12 kali itu. "Hal seperti karpet merah itu menarik, tetapi saya mencoba tidak menghiraukannya karena pada akhirnya fokus saya adalah tenis," jelasnya. Selama libur menjelang musim mendatang, Federer akan menyiapkan diri untuk memecahkan rekor 14 gelar "grand slam" milik Pete Sampras. "Saya sering mengejutkan diri saya sendiri. Saya berharap bisa terus melakukannya untuk beberapa tahun mendatang," kata Federer, yang akan bermain melawan Sampras dalam laga eksibisi di Asia pekan ini. Federer, yang menempati peringkat satu dunia pada akhir tahun untuk keempatkalinya beruntun, ingin terus bermain sampai usia 35 tahun, yang bisa jadi adalah sebuah kabar buruk bagi Nadal. Oleh karena, Nadal sempat berkomentar, "Mungkin saya adalah petenis nomor dua dunia paling hebat sepanjang sejarah. Ketika Roger bermain bagus, tidak mungkin menghentikannya." (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007