Seoul (ANTARA News) - Roger Federer dan Pete Sampras tidak diragukan lagi adalah dua petenis terhebat yang pernah ada di dunia, tetapi mereka baru sekali adu kebolehan, yakni di Asia pada pekan ini. Federer, juara 12 grand slam, akan bertanding melawan idolanya yang telah 14 kali merebut gelar grand slam dalam tiga laga eksibisi di Asia, diawali di Seoul pada Selasa (20/11). Petenis besar Swiss itu seharusnya bisa menang mudah mengingat ia sedang berada di puncak kekuatannya, merebut gelar Piala Master untuk keempatkalinya pada Minggu (18/11), sementara Sampras telah pensiun dari tenis profesional sejak 2002. Tetapi, Sampras yang legenda Amerika itu telah bekerja keras untuk kembali ke kondisi terbaiknya dan belum terkalahkan dalam tiga pertandingan tur senior Jim Courier Outback Champions, laga tenis serius pertamanya sejak gantung raket. "Saya mungkin memukul bola lebih baik dibandingkan pada masa jaya saya, karena teknologi," kata Sampras bulan lalu. Tetapi, ia mengakui bahwa dirinya tidak lentur dan eksplosif seperti dulu. Harus dinantikan apakah mereka benar-benar mempersiapkan diri dan bermain serius pada laga eksibisi tersebut. Setelah Seoul, Federer dan Sampras beranjak ke Kuala Lumpur pada Kamis (22/11) sebelum mengakhiri perhelatan di Makau pada Sabtu (24/11). Tiket terjual dengan cepat karena para penggemar ingin menyaksikan dua petenis besar bentrok di lapangan. Lincoln Venancio, direktur pelaksana promotor yang bermarkas di Hongkong, Entertainment Group Limited, menggambarkan laga tersebut sebagai "sebuah peluang yang terjadi satu kali dalam seumur hidup". "Beberapa penggemar membandingkan ini dengan pertandingan tinju Muhammad Ali vs Joe Frazier, Pele dan Maradona bermain satu lapangan sepak bola atau Van Gogh dan Picasso melukis dalam satu kanvas," sesumbarnya. Federer mengakui ia menantikan kesempatan yang sangat menantang itu. "Sejak saya kecil, saya menyaksikan, meniru dan mengulang backhand Sampras. Dan kini itu menjadi senjata utama saya," katanya kepada wartawan Korea Selatan. "Akan sangat sulit karena saya berlatih bersamanya di Los Angeles tahun ini. Ia bermain sangat baik. Ia masih memiliki forehand mematikan, slice yang hebat dan servis yang luar biasa, gerakan dan voli yang fantastis," paparnya. Sampras memenangi lima gelar AS Terbuka dan dua Australia Terbuka, tetapi di Wimbledon lah ia tak terkalahkan dengan merebut tujuh gelar. Akan tetapi, kegagalannya untuk mencapai puncak Prancis Terbuka lah yang membuat pria berusia 36 tahun itu tidak disebut sebagai petenis terbaik yang pernah ada. Selain gelar grand slam, Sampras duduk di posisi nomor satu dunia selama 286 pekan, termasuk 102 pekan beruntun yang rekornya berhasil dipecahkan Federer. Secara keseluruhan, Sampras mengakhiri karir dengan 64 gelar juara. Federer (26) dengan cepat mendekati rekor Sampras. Ia kini telah mengumpulkan 53 gelar juara dan, karena karirnya tampak masih panjang, seharusnya ia bisa memecahkan rekor Sampras. Keduanya baru sekali bertemu pada pertandingan kompetitif, yakni pada babak keempat Wimbledon 2001. Federer menang dalam lima set dan secara efektif menjadi penanda awal dari akhir karir Sampras sebagai petenis nomor satu dunia. Sampras telah mengatakan ia memperkirakan Federer bisa melewati rekor 14 gelar grand slam miliknya. "Melawan Roger akan sangat spesial. Ia mendominasi generasinya seperti saya mendominasi generasi saya tetapi ia melakukannya jauh lebih baik ketimbang saya," katanya. "Saya telah menjadi nomor satu untuk jangka waktu yang panjang. Ia mungkin akan memecahkan rekor itu, ia dalam perjalanan untuk merebut lebih banyak dari 14 gelar, setidaknya 17-18, jika melihat caranya bermain," tutur Sampras, seperti dikutip AFP. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007