"Cara pandang keluarga yang menomorduakan pendidikan perempuan sangat berpengaruh sehingga rata-rata anak perempuan berhenti sekolah setelah lulus SD, sementara anak laki-laki bisa melanjutkan ke SMP," tuturnya.
Jakarta (ANTARA) - Koordinator Kelompok Kerja Reformasi Kebijakan Publik Koalisi Perempuan Indonesia Indry Oktaviani mengatakan masih banyak keluarga di Indonesia yang menomorduakan pendidikan bagi anak perempuan, dibandingkan bagi anak laki-laki.
"Masih ada kesenjangan pendidikan antara laki-laki dan perempuan di Indonesia. Kesenjangan itu berdampak pada kesenjangan indeks pembangunan manusia," kata Indry saat dihubungi di Jakarta, Minggu.
Baca juga: Tasya Kamila kesal atas anggapan ibu tak perlu sekolah tinggi
Indry mengatakan lama sekolah laki-laki rata-rata 8,75 tahun, sedangkan rata-rata lama sekolah perempuan 8,09 tahun.
Menurut data Badan Pusat Statistik 2017, indeks pembangunan manusia laki-laki 74,85 sedangkan indeks pembangunan manusia perempuan hanya 68,08.
"Cara pandang keluarga yang menomorduakan pendidikan perempuan sangat berpengaruh sehingga rata-rata anak perempuan berhenti sekolah setelah lulus SD, sementara anak laki-laki bisa melanjutkan ke SMP," tuturnya.
Baca juga: Kowani : perempuan harus dapatkan pendidikan untuk maju
Sebab lain mengapa anak perempuan tidak bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi adalah faktor keamanan saat perjalanan sekolah.
Menurut Indry, hal itu dialami oleh keluarga yang rumahnya berada jauh dari tempat sekolah lanjutan.
"Karena khawatir atas keamanan dan keselamatan, maka anak perempuan dirumahkan tidak disekolahkan lebih lanjut," katanya.
Baca juga: Kartini inspirasikan peningkatan pendidikan perempuan
Baca juga: Sosiolog: pendidikan menjadi kunci perempuan untuk berdaya
Pewarta: Dewanto Samodro
Editor: Budi Setiawanto
Copyright © ANTARA 2019