Jakarta (ANTARA) - “Perempuan adalah tiang negara, negara kokoh jika tiangnya kokoh,” demikian petikan wawancara Antara dengan Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi DKI Jakarta Betty Epsilon Idros di Jakarta, Minggu.

Peran perempuan di sektor domestik sebagai ibu rumah tangga maupun di sektor publik, tidak dapat dinafikan untuk memperkokoh Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Betty menjelaskan sebagai entitas warga negara yang tinggal di NKRI, perempuan mempunyai peranan yang cukup penting, tidak hanya dari segi kuantitas tetapi juga kualitas yang sama dengan laki-laki, dalam berkehidupan, berbangsa dan bernegara.

Apapun pilihan seorang perempuan, apakah menjadi seorang ibu rumah tangga atau bekerja di sektor publik, itu merupakan sumbangsih terbaik yang mereka miliki. Para perempuan akan mengerjakan sebaik-baiknya pilihan itu, karena itu pilihan mereka secara sadar.

Betty menegaskan perempuan dalam rumah tangga sangat hebat, karena mereka mempunyai tugas untuk mendidik dan membesarkan anak-anaknya, sebagai generasi penerus bangsa yang lebih tangguh di masa yang akan datang.

Sementara perempuan yang memilih bertugas di sektor publik, tidak hanya bekerja untuk rumah tangganya, tetapi memiliki peran lebih untuk melakukan pekerjaan sebaik-baiknya sebagai pelayanan masyarakat. Pekerjaan itu selain membanggakan dirinya sendiri, juga membanggakan sebagai perempuan.

“Yang membedakan laki-laki dan perempuan hanya derajat ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa,” tegas Betty.

Dia mengatakan semangat dan spirit yang dikembangkan pahlawan nasional Raden Ajeng Kartini memberikan ingatan baru, bahwa seorang perempuan harus mempunyai andil dalam memajukan NKRI.

Dengan kuantitas dan kualitas yang dimiliki, perempuan merupakan harapan bagi Bangsa Indonesia untuk lebih maju lagi di masa akan datang. Perempuan pun sampai saat ini, terus diperhitungkan dalam kehidupan bermasyarakat.

Betty mencontohkan, presentase perempuan di sektor publik khususnya DPR RI hasil Pemilu 2014, memang tidak sebanyak laki-laki. Saat ini tercatat persentase perempuan sebanyak 17 persen dan sisanya 83 persen adalah laki-laki.

Negara, lanjutnya, mempunyai pekerjaan rumah untuk mendorong dan mendukung perempuan di sektor publik. Dia juga meyakini banyak perempuan-perempuan yang berkualitas yang dapat diberikan kepercayaan dalam menjalankan tugas-tugas di sektor publik.

“Saya sebagai ibu rumah tangga, mengasuh anak juga berkarir di sektor publik, serta ingin memberikan hal terbaik bagi NKRI,” ujar Betty.

Dia meyakini semua perempuan dapat bekerja sebaik dan semaksimal mungkin dengan kemampuan yang mereka miliki. Kemampuan itu diimplementasikan dengan peranan kerja terbaik mereka sebagai warga negara yang tinggal di NKRI.

“Berikan kesempatan kepada perempuan-perempuan Indonesia, untuk menunjukkan kemampuannya atas peran-peran yang dipilihnya sendiri demi kebaikan dan kemaslahatan NKRI,” kata Betty.

Komisioner Bawaslu DKI Jakarta Sitti Rahma. (Foto: ANTARA News/Fauzi Lamboka)


Hal senada disampaikan Komisioner Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) DKI Jakarta Sitti Rahma bahwa peningkatan peran perempuan di sektor publik sudah semakin membaik.

Sitti menjelaskan peran perempuan khusus di tingkatan legislatif, telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 7 tahun 2017 tentang Pemilihan Umum, yang memperhatikan 30 persen keterwakilan perempuan. Artinya, dari tiga calon legislatif, satu di antaranya perempuan.

Aturan itu, kata dia, bahkan lebih baik dari Pemilu 2009, di mana keterwakilan perempuan hanya tiga dari 10 calon legislatif. “Perempuan perlu peningkatan kualitas sumber daya untuk mendukung kerja-kerja mereka di sektor publik,” katanya.

Sitti yang juga Komisioner bidang Sumber Daya Manusia (SDM) itu menyatakan selain di sektor publik, peran perempuan sebagai ibu rumah tangga tidak kalah penting. “Awal generasi yang kuat dan berkualitas diciptakan dari keluarga. Di mana perempuan sebagai ibu yang menentukan itu,” ujarnya.

Bagi Sitti, peningkatan kualitas perempuan sangat penting dan bagian dari tanggung jawab negara. Salah satunya dengan mengedepankan pendidikan pranikah yang saat ini belum menjadi hal yang diutamakan Negara. “Negara dapat kuat jika generasinya kuat. Generasi kuat diciptakan dari perempuan-perempuan yang berkualitas,” kata Sitti.

Peneliti senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Enny Sri Hartati menilai esensi perjuangan Kartini telah menginspirasi dan memotivasi kaum perempuan untuk meningkatkan peran serta mereka dalam semua aspek kehidupan.

"Esensi dari perjuangan Kartini itu sesuai dengan judul bukunya Habis Gelap, Terbitlah Terang yang artinya bagaimana memotivasi dan menginspirasi terutama perempuan-perempuan di seluruh dunia, terutama di Indonesia untuk meningkatkan peran sertanya dalam seluruh aspek kehidupan," ujar Enny.

Dia menjelaskan bahwa terlepas dari cita-cita Kartini mengenai tidak adanya diskriminasi, perempuan juga harus memiliki peran sama dalam berkontribusi terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara.

"Terlepas dari cita-cita Kartini tentang tidak ada diskriminasi, kemudian perempuan juga harus memiliki peran yang sama guna mengaktualisasikan dirinya untuk berkontribusi terhadap bangsa dan negara," katanya.

Profil perempuan Indonesia versi Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungangan Anak (KPPPA) tahun 2017 menyebutkan kesehatan perempuan perlu mendapatkan perhatian khusus, karena peran penting dalam melahirkan generasi penerus yang berkualitas.

Perempuan berperan mendidik anak dalam suatu rumah tangga, namun sayang masih banyak perempuan kurang mendapatkan perhatian terutama di bidang kesehatan. Karena, berdasarkan survei Statistik Kesejahteraan Rakyat Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2018 (Maret) untuk persentase penduduk perkotaan dan perdesaan yang memiliki keluhan kesehatan menunjukkan perempuan mencapai 32,58 persen, sedangkan laki-laki mencapai 29,36 persen.*


Baca juga: Keinginan "Kartini" Gorontalo Utara meningkatkan sektor peternakan

Baca juga: Anna Kumari, seniman Palembang pelestari budaya


Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019