Pandeglang (ANTARA News) - Batuk atau letusan-letusan kecil Gunung Anak Krakatau (GAK) di perairan Selat Sunda akhir-akhir ini ternyata mendongkrak pendapatan para nelayan di pesisir Pantai Carita, Kabupaten Pandeglang, bahkan hingga 10 kali lipat dibanding sebelumnya. "Tangkapan ikan melimpah, bahkan pendapatan kami bisa berlipat ganda. Awalnya, hanya satu kuintal, sekarang bisa mencapai satu ton per hari," kata Dudung (40), seorang nelayan di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) II Teluk Labuan, Pandeglang, Minggu. Menurut dia, banyak nelayan lain di sepanjang Pantai Carita dan Panimbang, Pandeglang, mendapat keberuntungan sama dengannya. Selama dua pekan terakhir, mereka setiap hari dapat melakukan transaksi di TPI II Teluk Labuan berkisar Rp10 juta, padahal normalnya hanya Rp1 juta. Lipat ganda pendapatan itu diperkirakan terjadi akibat letusan Anak Krakatau yang mendorong munculnya begitu banyak ikan Kue atau Grong dan ikan Kakap Merah yang harganya relatif tinggi, mencapai Rp40 ribu per kg. Menurut para nelayan itu, selain menimbulkan kecemasan, peningkatan aktivitas Gunung Anak Krakatau itu, ternyata dapat membawa dampak positif bagi perekonomian nelayan setempat. Padahal, kata mereka, selama empat tahun terakhir, hasil tangkapan ikan jauh berkurang sehingga sebagian nelayan terlilit hutang pada rentenir. "Saat ini, saya bisa bernafas lega, karena mampu membayar hutang-hutang selama menganggur bulan lalu, juga bisa membiayai pendidikan anak,"kata Dudung pula. Kegembiraan serupa dialami Salam (45), nelayan Panimbang, Kabupaten Pandeglang. Ia mengatakan sekarang ini dalam sehari bisa melakukan transaksi di TPI mencapai Rp10 juta sd Rp15 juta. "Kami melihat, kemunculan ikan-ikan Kue dan Kakap Merah yang harganya mahal, seperti selalu terjadi setiap kali letusan Anak Krakatau," ujar dia pula. Kepala TPI II Teluk Labuan, H Aceng, mengakui, sampai saat ini tangkapan ikan dari para nelayan setempat melimpah, setiap hari transaksi jual beli bisa mencapai Rp150 juta. Padahal sebelumnya maksimal transaksi hanya mencapai Rp70 juta per hari. Ikan-ikan itu, kemudian dibeli oleh para tengkulak untuk dijual lagi ke luar daerah, seperti Cilegon, Jakarta, Bogor, Bandung, dan Lampung. Menurut dia, peningkatan pendapatan nelayan di perairan Selat Sunda itu merupakan siklus empat tahunan, mengingat hampir setiap empat tahun sekali Gunung Anak Krakatau mengalami "batuk-batuk" atau peningkatan aktivitas dengan mengeluarkan semburan lava pijar dan asap berwarna putih abu-abu.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007